NANTIKAN KEDATANGAN MAHARKU
“NANTIKAN KEDATANGAN MAHARKU”
Hari
ini merupakan hari pertamaku melaksanakan Kuliah Kerja Nyata atau sering
disebut dengan KKN, seperti biasa hari pertama di isi dengan perkenalan, yaa
perkenalan antar anggota kelompok, tokoh masyarakat serta masyarakatnya
langsung. Dengan modalkan percaya diri kuperkenalkanlah namaku dihadapan semua
angota kelompok, dosen pembimbing, dan tokoh masyarakat. Namun ditengah
perkenalanku, ada seseorang yang menggoyahkan kepercayaan diriku, entah mengapa
dia bisa membuatku terdiam ditengah tengah perkenalanku. Senyum manisnya
membuatku terlena hingga tema perkenalanku kabur begitu saja.
Seminggu
kami menjalankan KKN dan ternya aku semakin dekat dengan gadis yang membuat
konsentrasiku kabur berlarian entah kemana, ya dia Icha mahasiswi Program Studi
Hubungan Internasional. Kami sering diskusi bareng, cerita, canda, tawa hingga
mengajar Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) bersama. Mengajar TPA merupakan hal
yang sangat aku sukai, karna di TPA lah kita bisa membagikan ilmu ilmu yang
telah aku dapatkan, selain itu juga karna aku suka dengan anak anak. Dan
ternyata Icha juga sama, suka dengan dunia TPA “ini adalah kesempatan ku untuk
dekat dengan gadis itu, hehehe “ ungkapku dalam hati.
Setiap
hari ketemu, berdiskusi bersama, dan mengajar TPA bersama membuatku yakin bahwa
dialah wanita yang akan menjadi pendamping hidupku nanti dalam hatiku berkata “
Ya allah, terimakasih engkau memberikan wanita yang shalehah untuk pendamping
hidupku. Engkau telah mengabulkan do’aku, engkau maha adil yaarabb”. Dari awal
masuk kuliah memang tertancap dalam benakku “Tidak boleh pacaran, kalaupun mau
pacaran minimal semester 5” aku yakin
aja kalau wanita berkerudung itu adalah calon pendampingku kelak.
“Allahuakbar,
Allahuakbar …” adzan isya’ telah berkumandang, setelah kenyang buka puasa kini
saatnya menunaikan ibadah shalat isya’ dan tarawih. Kami pun barengan bersama
sama pergi kemasjid.
“Aduuuuuh”
serontak aku kaget ada yang menarik tanganku, ternyata icha kakinya terpeleset,
hampir saja jatuh dan dia menarik tanganku.
“
maaf yaa, maaf “ keluhnya kesakitan, ada rasa seneng dan malu karna kejadian
itu didepan semua teman teman KKN
“
nggak papa kook “ balasku.
“
Ciye ciyeeee” ledek semua teman teman, bahkan ada yang bilang “ jadian..
jadiaan… jadiaan…”. Wah parah ini mereka sampai muka icha memerah karna malu di
ledekin.
Dari
kejadian malam itulah aku dan icha sering di ledekin sama teman teman kelompok
bahkan mereka sampai menjodohkan kami berdua, dan dari situ juga aku tambah
yakin bahwa dialah wanita yang akan mendampingiku nanti. Kita jadi sering
berkomunikasi baik secara lisan ataupun lewat sosmed. Dia sering mengingatkanku
untuk shalat, menelponku saat sahur, menelponku saat mau pergi kelokasi KKN,
aku pun juga sama mengucapkan selamat berbuka puasa setiap sore dan selalu
mengingatkan untuk datang tepat waktu. Seringnya komunikasi inilah yang membuatku
yakin untuk mengucapkan rasa ini kepadanya. entah apa yang ada didalam
pikiranku pada saat itu, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk
mengungkapkan isi hati, mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini padanya.
Padahal aku sendiri tahu didalam agama islam pacaran tidak diperbolehkan, entah
setan apa yang menguasaiku pada saat itu.
“assalamualaikum,
beberapa hari telah aku lewati didalam menjalankan tugas KKN ini dan dari hari
pertama aku melihatmu, aku yakin bahwa kamu adalah wanita yang akan melengkapi
tulang rusukku, aku memang tidak sesempurna laki laki yang beroda empat namun
yakinlah bahwa aku akan selalu menjagamu, menemanimu, menyayangimu. Sudikah
engkau menjadi teman hidupku?”. Dengan rasa yakin ku gerakkan jemariku untuk
mengetik pesan yang lumayan panjang, dan tidak menunggu lama ku tekan kirim
dalam tombol handphoneku.
“kring…
“ nada pesan hanphoneku berdering, dengan sigap ku buka pesan tersebut.
“waalaikumsalam,
akhi dari kamu mengucap salam saat perkenalan diawal kita penugasan itu akupun
merasakan hal yang sama, aku yakin bahwa kamu bisa menjagaku dan menjadi imamku
nanti. Aku juga tidak memandang berapa roda yang kamu kendarai, seberapa pandai
nalarmu, namun aku melihatmu dari agamamu. Tapi aku tidak mau kalau kita
pacaran, aku mau hubungan kita diridhoi allah karena didalam agama kita tidak
mengajarkan untuk berpacaran”.
hingga akhirnya dia membalas ungkapan isi
perasaanku dengan pesan yang lebih panjang dari pesan yang ku kirim, dan ternyata
apa yang aku rasakan sama dengan apa yang dia rasakan. Namun, dia tidak
ingin kami berpacaran, karena didalam
agama islam tidak ada ajarannya untuk berpacaran.
“lantas
hubungan kita ini akan seperti apa?” tanyaku, dengan mengharap diterima
ungkapan cintaku.
“kita
ta’arufan” dengan cepat dia membalas.
“tapi,
ta’arufan ada waktunya. Apa kita gak pacaran aja?” pintaku, terus mendesak agar
dapat diterima cintaku.
“enggak,
aku gak mau pacaran ian” ia tetep kekeh untuk menjawab tidak, walaupun dia
cinta dan sayang.
“kita
pacaran tapi yang islami, kita tidak boleh melanggar perintah allah dan rasul”
dengan cepat ku balas pesannya.
“iaaaan,
gak ada yang namanya pacaran islami. Pacaran ya pacaran, walaupun tetap
menjalankan perintah allah dan rasul itu tetap pacaran iaaan”. Jelasnya padaku,
sebenarnya dia cinta, namun karena memang didalam islam tidak diperbolehkannya
pacaran, jadi dia tetap menolak ungkapan cintaku padanya.
Serontak
akupun terdiam dalam sepinya malam, tidak tau mau membalas pesan apa. Aku hanya
bisa membaca dan membaca isi pesan yang dikirim oleh gadis yang aku kagumi
selama ini.
“kriiing…”.
Nada handphoneku kembali berbunyi.
“ian
kita ta’arufan aja, karna ta’arufan yang ada didalam syariat islam”.
“Huuufh”.
Ku hembuskan nafas yang panjang ketika dia mengirim pesan singkat itu. Dia
menghentikan diamku yang sedang membaca pesannya. Dia menjawab curahan hatiku
padanya, namun dia hanya mau berta’aruf.
“iya.
Tapi aku tidak bisa secepatnya menghalalkanmu”. Tegasku dalam menjawab
pesannya. Aku menerima tawarannya untuk berta’aruf tapi aku tidak bisa segera
menghalalkan hubungan kami.
“iya,
gak papa aku yakin kamu mampu. nggak perlu tergesa gesa ian, kita harus menyelesaikan
sarjana kita”. Balasnya dengan menerima tawaranku.
Sepuluh
hari sudah kami jalani tugas KKN, di malam kesebelas itulah aku mengungkapkan
isi hatiku. Setelah ku pendam selama 10 hari maka malam ini aku yakinkan untuk
bisa mengungkapkan perasaan ini, dan dimalam kesebelas juga dia memberi jawaban
yang aku inginkan. Malam ini merupakan malam yang bersejarah bagiku, karna
selama beberapa semester ini aku mampu menahan untuk tidak berpacaran. Namun,
malam ini allah mengabulkan apa yang telah aku targetkan selama ini.
Senang,
gembira, bahagia, dan happy yang aku rasakan pada malam kesebelas ini. Raga ini
serasa terbang, dan melayang ke angkasa. Ingin rasanya sesegera mungkin ku
ganti malam ini menjadi siang, karena aku sudah gak sabar lagi untuk bertemu
dengan dia. Iyaa, icha wanita yang selalu memberikan senyum manis, sifat santunnya,
pendiamnya, dan ramah kepada semua orang yang membuat hatiku tidak bisa
berhenti memikirkannya.
Sebulan
sudah kita bersama dalam menjalankan tugas KKN, dan hampir satu bulan juga
hubungan kami terjalin. Susah senang kami jalani bersama hingga kini hubungan
kami berusia 2 bulan. namun didua bulan ini hubungan kami sudah mulai renggang
karna kami sadar hubungan kami ini tidak baik untuk diteruskan, bukan karena
kami tidak saling cinta, tapi karena kami masih ingin meraih cita-cita yang
kami ingin kan.
“sudah
2 bulan kita berta’aruf, kapan kamu menghalalkan ku?”. dia memastikan
keseriusanku untuk menghalalkannya.
“insyaallah
4 atau 5 tahun lagi aku mampu menghalalkanmu”. Jawabku.
“4
atau 5 tahun?” jawabnya dengan kaget. “itu waktu yang lama untukku, umurku
sudah lebih dari 25 tahun kalau 4 tahun lagi”.
“iya,
aku masih mau melanjutkan studiku cha, Aku juga masih ingin membantu
orangtuaku”.
“iya,
aku juga mau membahagiakan kedua orang tua ku juga, tapi dengan kita menikah
mereka juga bahagia. setelah kita menikah kita bisa membahagiakan merekakan?”. Desaknya.
Setelah aku mendesaknya untuk menerima cintaku, kini dia mendesakku untuk
menghalalkannya.
“mungkin
kita harus ikhlas cha dengan semua keadaan ini, aku mencintaimu cha tapi aku
belum bisa menghalalkanmu 2 sampai 3 tahun lagi”. Jelasku, dengan perasaan yang
terpaksa harus menolak ajakannya.
“untuk
apa kamu mengenal aku kalau akhirnya seperti ini?...” dengan nada marah dia
mengirimkan pesan singkatnya.
“allah
yang mempertemukan kita cha, kita masih bisa berteman cha. insyaallah jika 4
sampai 5 tahun lagi kamu belum menikah, aku akan datang kerumah untuk
menghalalkanmu”. Jelasku untuk meyakinkan bahwa aku memang benar-benar serius.
Namun tidak semudah itu icha menerima penjelasanku.
“lebih
baik aku tidak mengenalmu dari pada aku seperti ini”.
“nantikan
kedatangan maharku” pesan terakhirku untuk orang yang aku cintai selama ini.
Bukan bermaksud hati untuk menyakiti, namun hanya ingin menghindari dari dosa
dosa yang akan menumpuk didalam diri jika kami meneruskan hubungan ini.
Comments
Post a Comment