WHY PEOPLE COMMIT FRAUD?
Mengapa Orang Melakukan Kecurangan
Dennis
Greer seperti tertera di dalam pernyataannya mengatakan bahwa dirinya melakukan
tindakan fraud (penipuan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memiliki
alasan-alasan untuk bisa mengelak dari kesalahannya. Fraud yang dilakukan oleh
Denis Greer adalah dengan melakukan prakrek kitting terhadap Bank A dan Bank B.
Munculnya niat kecurangan tersebut dilakukan pada awalnya ketika Denis Greer
akan menutup salah satu akun banknya, di hadapannya terdapat sebuah cek kosong
dan pena, kemudian ditambah juga karena memiliki tekanan hidup yang sangat
berat, maka Dennis Greer memutuskan untuk melakukan fraud (penipuan). Penipuan
pertama dilakukan dengan cara menulis cek dari Bank B yang kemudian digunakan
untuk menutup hutangnya di Bank A. Deenis Greer mengetahui bahwa hal tersebut
tidaklah etis, namun menurutnya hal tersebut bukanlah sesuatu yang ilegal
karena memang cek tersebut dibuat atas nama dirinya. Begitu seterusnya Deenis
Greer mulai mencukupi kebutuhan hidupnya seperti membeli kasur, tv, selimut, mobil,
komputer, stereo, dan lain-lain dengan
cara yang sama.
Setelah
beberapa waktu kemudian, Bank A menelepon Denis Greer dan terungkaplah semua
kejahatan yang telah ia lakukan. Deenis Greer melakukan segala cara untuk dapat
memperbaiki kesalahannya dengan meminta maaf kepada seluruh pihak yang telah
dirugikan dan berjanji akan membayar seluruh hutang-hutangnya. Oleh karena itu,
maka Deenis Greer harus mau menerima semua konsekuensi yang akan dia hadapi.
Siapa Yang Melakukan Kecurangan
Penelitian
menunjukkan bahwa semua orang bisa melakukan fraud (penipuan). Pelaku penipuan biasanya tidak dapat
dibedakan dengan orang lain berdasarkan karakteristik demografis ataupun
psikologis. Sebagian besar pelaku penipuan mempunyai profil yang sama seperti
orang jujur lainnya.
Beberapa tahun lalu,
ketika penulis terlibat dalam studi mengenai karakteristik pelaku penipuan.
Dalam studi ini, pelaku penipuan dibandingkan dengan narapidana yang dihukum
karena pelanggaran property dan sampel yang bukan criminal yaitu mahasiswa
kampus. Beberapa pribadi dan profile psikologis dari ketiga kelompok tersebut
dibandingkan, dan hasilnya menunjukkan bahwa pelaku penipuan yang dipenjara
sangat berbeda dengan narapidana kurungan lainnya. ketika dibandingkan dengan
kejahatan lainnya, mereka lebih jarang memungkinkan untuk ditangkap, didakwa,
dan kemudian dipenjara. Selain itu, pelaku penipuan biasanya lebih tua.
Walaupun 2% pelanggar property adalah perempuan, 30% pelaku penipuan adalah
perempuan. Pelaku penipuan lebih terdidik, lebih religius, dan sangat sedikit
catatan kejahatannya. Mereka juga mempunyai kesehatan psikologis yang lebih
baik. mereka mempunyai lebih banyak optimisme, penghargaan diri, mandiri,
prestasi, motivasi, dan keluarga harmonis dibandingkan dengan pelanggar
property.
Segitiga Kecurangan
Walaupun terdapat ribuan cara untuk melakukan
penipuan, ilustrasi penipuan yang dilakukan oleh Dennis Greer di dalamnya
terdapat tiga elemen kunci paling umum, meliputi : (1) adanya tekanan, (2)
adanya kesempatan, dan (3) beberapa cara untuk merasionalkan bahwa penipuan
tersebut dapat diterima. Ketiga elemen ini membentuk apa yang kita sebut
sebagai segitiga penipuan (fraud triangle). Setelah pindah ke Apartemen, Greer
tidak dapat membayar sewa bulan kedua. Dihadapkan dengan pilihan antara tidak
jujur atau hidup di mobil, dia memilih tidak jujur. Setiap pelaku penipuan
menghadapi beberapa bentuk adanya tekanan. Sebagian besar tekanan melibatkan
kebutuhan keuangan, walaupun beberapa tekanan non keuangan (seperti kebutuhan
untuk melaporkan hasil lebih baik dibandingkan kinerja aktual, frustasi dengan
pekerjaan, atau bahkan tantangan untuk melawan sistem) juga dapat memotivasi
penipuan.
Greer menemukan sebuah cara untuk
melakukan penipuan dengan berulang-ulang menulis check untuk memberikan kesan
bahwa dia mendepositokan uang di dalam akunnya. Dia tidak memerlukan akses uang
tunai, menggunakan paksaan, atau menyakiti korban secara fisik. Tetapi, dia
menulis check untuk dirinya dari apartemennya dan mendepositokan pada dua bank
yang berbeda. Apakah Greer bisa atau tidak benar-benar melakukan kejahatan
bukanlah masalahnya, namun yang menjadi masalah adalah bahwa Dennis Greer
percaya bahwa dia dapat menyembunyikan kejahatannya atau dengan kata lain dia merasakan adanya kesempatan.
Pelaku penipuan membutuhkan cara untuk
merasionalkan aksi mereka sebagai sesuatu yang dapat diterima. Pemikiran Greer
ada dua : (1) Dia tidak percaya bahwa apa yang dia lakukan adalah ilegal,
walaupun dia mengakui mungkin hal tersebut tidaklah etis, dan (2) dia percaya jika
dia mendapatkan warisan maka akan mampu membayar hutangnya kembali. Dalam
pikirannya, dia hanya meminjam, dan walaupun metode peminjmamannya mungkin
tidak etis, dia akan membayar hutang. Lagipula menurutnya, hampir setiap orang
meminjam uang. Adanya tekanan, adanya kesempatan, dan rasionalisasi adalah umum
bagi setiap penipuan.
Dalam kasus penipuan manajemen misalnya,
tekanan untuk membuat laba terlihat lebih baik untuk memenuhi hutang kovenan,
kesempatan mungkin terjadi karena lemahnya komite audit, dan rasionalisasi
adalah ketika ‘kita hanya mengatur pembukuan sampai kita dapat mengatasi
masalah sementara ini’.
Dalam berbagai cara, maka dapat dikatakan bahwa
penipuan adalah seperti api yang dapat membentuk kebakaran. Agar kebakaran
terjadi dibutuhkan tiga elemen, yaitu : (1) oksigen, (2) bahan bakar, dan (3)
panas. Tiga elemen ini membentuk ‘fire triangle’.
Menarik untuk dicatat bahwa hampir setiap studi
tentang kejujuran menunjukkan level kejujuran terus menurun. Didasarkan pada
sifat interaktif elemen-elemen dalam segitiga penipuan, mundurnya masyarakat
dari nilai ini menampilkan ketakutan untuk memerangi penipuan di masa depan.
Sebagian besar ahli penipuan percaya bahwa
tekanan dapat dibagi ke dalam empat tipe :(1) tekanan keuangan, (2) sifat
buruk,(3) tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan (4) tekanan lain.
Unsur Tekanan
Penipuan
dapat dilakukan untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri atau orgasasi.
Penipuan karyawan, di mana seorang individu mencuri dari majikannya, biasanya
menguntungkan pelaku. Penipuan manajemen, di mana petugas sebuah organisasi ini
menipu investor dan kreditur dengan memanipulasi laporan keuangan, yang paling
sering dilakukan untuk menguntungkan organisasi dan pejabat. Pada bagian ini,
kita akan membahas tekanan berbeda yang memotivasi individu untuk melakukan
penipuan atas nama mereka sendiri. Kebanyakan ahli penipuan percaya bahwa
tekanan dapat dibagi menjadi empat kelompok utama:
1. Tekanan
keuangan,
2. Sifat buruk,
3. Tekanan yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan
4. Tekanan
lainnya.
Tekanan Keuangan
Studi
menunjukkan bahwa sekitar 95% dari semua penipuan melibatkan tekanan baik keuangan
atau yang terkait. Tekanan keuangan Dennis Greer adalah saat ia tinggal di
mobilnya, tidak memiliki furnitur atau kebutuhan hidup lainnya, dan itu pecah.
Tekanan keuangan umum yang terkait dengan penipuan yang menguntungkan pelaku
langsung adalah sebagai berikut:
1. Keserakahan
2. Hidup di
luar kemampuan seseorang
3. tagihan
tinggi atau utang pribadi
4. kredit yang
buruk
5. kerugian
keuangan pribadi/kebutuhan keuangan yang tak terduga.
Daftar ini
tidak lengkap, dan tekanan ini tidak saling eksklusif. Namun, setiap tekanan
dalam daftar ini telah dikaitkan dengan berbagai kecurangan. Banyak orang telah
melakukan penipuan karena mereka miskin. Penipuan lainnya termasuk gaya hidup
pelaku yang tinggal jauh di luar dari rekan-rekan mereka. Ketika pelaku
tersebut tertangkap menggelapkan lebih dari $ 1,3 juta dari majikannya,
misalnya, ditemukan bahwa ia telah menghabiskan uang pada kemeja monogram dan
manset emas, dua mobil Mercedes-Benz, sebuah rumah pinggiran kota yang mahal,
kondominium tepi pantai, bulu, cincin dan perhiasan lainnya untuk istrinya,
mobil baru untuk ayah mertuanya, dan country club keanggotaan.
Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa orang ini tidak benar-benar memiliki
tekanan keuangan. Tapi dia, tekanan dari kemewahan ini sudah cukup untuk
memotivasi dia untuk melakukan penipuan. Tekanan keuangan dapat terjadi
tiba-tiba atau menjadi jangka panjang. Sayangnya, sangat sedikit pelaku
penipuan menginformasikan orang lain ketika mereka mengalami masalah keuangan.
Sebagai contoh, pertimbangkan Susan Jones. Dia telah bekerja di perusahaan yang
sama selama lebih dari 32 tahun. Integritasnya tidak pernah dipertanyakan. Pada
usia 63, ia menjadi seorang nenek. Segera, ia menjadi "spendaholic."
Dia membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh untuk kedua cucunya. Dia bahkan
menjadi kecanduan Home Shopping Network. Selama tiga tahun sebelum pensiun,
Susan mencuri lebih dari $ 650.000 dari majikannya. Ketika tertangkap, ia
dijatuhi hukuman dan berada satu tahun di penjara. Dia juga melakukan segala
sesuatu yang dia dan suaminya miliki untuk mengembalikan kepada atasan. Dengan
memberikan rumahnya kepada majikannya, rekening pensiun dan mobil, dia kembali
membayar sekitar $ 400.000 dari $ 650.000 yang dia curi. Dia juga
menandatangani perjanjian ganti rugi untuk membayar kembali sisa $ 250,000 dia
masih berutang. Dan, karena dia tidak membayar pajak penghasilan atas $ 250.000
dari penipuan "pendapatan," IRS mengharuskan dia untuk melakukan
pembayaran pajak bulanan setelah dia keluar dari penjara. Fakta bahwa seseorang
telah menjadi karyawan "jujur" untuk waktu yang lama (32 tahun dalam
contoh ini) tampaknya tidak membuat perbedaan ketika tekanan keuangan yang
parah terjadi atau individu merasakan bahwa tekanan seperti itu ada. Studi
terbaru telah menemukan bahwa sekitar 30 persen dari penipuan karyawan
merupakan pelaku yang sudah bekerja selama tiga tahun pertama, 70 persen
dilakukan oleh karyawan dengan empat sampai 35 tahun pengalaman, dan kelompok
usia dengan bukti tertinggi penipuan melibatkan individu antara usia 35 dan 44
tahun. Tekanan keuangan adalah jenis yang paling umum dari tekanan untuk
melakukan penipuan. Biasanya, ketika fraud manajemen terjadi, perusahaan
melebih-lebihkan aset pada neraca dan laba bersih pada laporan laba rugi.
Mereka biasanya memiliki tekanan untuk melakukannya karena posisi kas miskin,
piutang yang tidak tertagih, hilangnya konsumen, persediaan usang, pasar
menurun, atau persyaratan pinjaman ketat yang dilanggar. Misalnya, Regina
Vacuum adalah sebuah perusahaan yang pengelolaan melakukan penipuan laporan
keuangan yang besar. Tekanan utama mereka adalah bahwa pembersih vakum yang
mereka jual adalah cacat dan memiliki bagian mencair, dan ribuan orang yang
akan dikembalikan. Banyaknya hasil penjualan dikurangi pendapatan secara
signifikan dan menciptakan tekanan pendapatan sehingga manajemen sengaja
mengecilkan retur penjualan dan secara signifikan membesar-besarkan penjualan
aktual.
Sifat Tekanan
Terkait
erat dengan tekanan keuangan motivasi yang diciptakan oleh kejahatan seperti
perjudian, obat-obatan, alkohol, dan hubungan luar nikah mahal. Sebagai contoh
kejahatan ini memotivasi seseorang untuk melakukan penipuan, pengakuan
pertimbangan seseorang tentang bagaimana perjudian menyebabkan tindakan tidak
jujurnya. Saat aku duduk di bangku di depan meja blackjack, aku tahu aku
dalam kesulitan. Saya baru saja mempertaruhkan dana kuliah anak-anak saya. Aku
tersandung ke kamar hotel, berharap untuk bangun dan menyadari malam ini tidak
lebih dari mimpi buruk. Saat mengemudi kembali ke San Jose dari Reno Minggu
pagi, saya tidak bisa menghadapi rasa malu untuk mengatakan kepada istri saya.
Aku harus datang dengan uang. Saya yakin bahwa jika saya hanya memiliki $ 500,
saya bisa menang uang kembali. Tapi bagaimana saya bisa mendapatkan $ 500?
Beberapa waktu kemudian di tempat kerja, sebuah akun petugas hutang datang ke
kantor saya mencari bantuan dengan suatu masalah. Petugas itu mencocokan faktur
dengan pesanan pembelian. Ia telah menemukan faktur sebesar $ 3200 yang tidak
sesuai urutan pembelian. Segera, saya menyadari bagaimana saya bisa mendapatkan
"pinjaman" $ 500. Perusahaan saya adalah produsen microchip yang
tumbuh cepat dengan kontrol internal yang cukup baik di kertas tetapi sering
tidak diikuti. Perusahaan memiliki kebijakan membayar, tanpa persetujuan
sekunder, setiap faktur sebesar $ 500 atau kurang. Saya memutuskan untuk
mendirikan sebuah perusahaan boneka yang akan menerbitkan faktur untuk majikan
saya, untuk jumlah sampai $ 500. Saya yakin kemenangan saya dari
"pinjaman" ini tidak hanya akan memungkinkan saya untuk mengganti
dana kuliah, tetapi juga akan memungkinkan pembayaran dari
"pinjaman." Saya tidak percaya betapa mudahnya untuk
"meminjam" uang. Cek pertama muncul dalam kotak PO box, saya telah
membuka beberapa hari sebelumnya. Aku menelepon istri saya dengan berita buruk.
Bersama-sama dengan controller, saya harus terbang ke Los Angeles selama akhir
pekan untuk bertemu dengan pengacara lebih soal perusahaan. Dalam beberapa
menit, saya sedang dalam perjalanan ke Reno. Setelah tiba, saya langsung pergi
ke meja dadu. Pukul 04:00 saya tidak hanya mengeluarkan uang lebih dari $ 600,
saya sangat prihatin tentang kerugian, tapi tidak khawatir seperti sebelumnya.
Aku hanya akan mengirimkan tagihan lebih fiktif kepada perusahaan. Selama
beberapa bulan ke depan, penipuan saya berkembang ke titik di mana saya telah
mendirikan dua perusahaan dummy dan bersikeras bahwa akun pegawai dibayar tidak
memverifikasi setiap suara di-kurang dari $ 750. Tidak ada yang mempertanyakan
saya mengubah kebijakan karena saya telah bekerja untuk perusahaan selama lebih
dari 14 tahun dan merupakan "dunia" karyawan. Setelah satu tahun,
saya telah menggantikan dana kuliah dan membeli auto-mobile baru; Saya telah
mencuri lebih dari $ 75.000. Aku tertangkap ketika auditor internal mencocokkan
alamat vendor dan menemukan bahwa tiga vendor boneka saya semua memiliki kotak
PO yang sama. Kebiasaan buruk adalah
jenis terburuk dari tekanan untuk melakukan penipuan. Contohnya termasuk
karyawan perempuan yang menggelapkan karena tidak tahan melihat anak-anak
mereka tergantung pada obat-obatan.
Tekanan Kerja Yang Terkait
Tekanan
keuangan dan kelemahan memotivasi sebagian besar kecurangan, beberapa orang
melakukan kecurangan dengan bekerja sama dengan atasan mereka atau orang lain.
Faktor-faktor seperti mendapatkan sedikit pengakuan akan kinerja, memiliki
perasaan tidak puas terhadap pekerjaan, takut kehilangan pekerjaan, terlalu
banyak mencari promosi, dan merasa tidak percaya diri telah memotivasi banyak
penipuan.
Tekanan Lainnya
Sebagian, kecurangan dimotivasi oleh tekanan lain,
seperti pasangan yang memiliki gaya hidup yang lebih baik atau tantangan untuk
mengalahkan sistem. Dalam Skandal Bernie Madoff yang terkenal yang dibahas di
Bab 1, misalnya, para ahli percaya bahwa salah satu tekanan bahwa Ied Madoff
melakukan kecurangan adalah kebutuhan untuk tampil sukses.
Sebagian besar dari kita menghadapi
tekanan dalam hidup kita. Kita memiliki kebutuhan finansial yang sah, kita
melakukan investasi yang bodoh atau spekulatif, atau kita serakah dan
menginginkan lebih. Kadang kita terkadang sulit membedakan antara keinginan dan
kebutuhan. Memang, tujuan kebanyakan orang dalam masyarakat kapitalistik adalah
untuk mendapatkan kekayaan yang dimiliki seseorang. Jika Anda mengatakan bahwa
Anda memiliki keluarga yang sangat sukses, Anda mungkin bermaksud bahwa dia
tinggal di rumah besar, memiliki kabin atau kondominium, memiliki mobil mahal,
dan memiliki uang untuk melakukan apapun yang dia inginkan.
Faktor-faktor yang menggambarkan
peran peluang dalam triangel penipuan:
1.
Kurangnya kontrol
yang mencegah dan / atau mendeteksi perilaku fraud
2.
Ketidakmampuan
menilai kualitas kinerja
3.
Kegagalan mendisiplinkan
kecurangan kualitas kinerja
4.
Kurangnya akses
terhadap informasi
5.
ketidaktahuan,
apatis, dan ketidakmampuan
6.
Kurangnya jejak
audit
Kontrol Yang Dapat Mencegah dan /
Atau Mendeteksi Perilaku Curang
Memiliki kerangka kontrol yang efektif mungkin merupakan
langkah terpenting yang dapat dilakukan organisasi untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan karyawan. Organisasi yang membentuk kerangka pengendalian
internal umum yang sebagian besar bisnis langganan adalah (coso). Sementara
coso mengidentifikasi lima elemen kerangka pengendalian internal organisasi,
kita akan membahas tiga diantaranya termasuk lingkungan pengendalian, fungsi
akuntansi, dan aktivitas pengendalian.
Lingkungan Kontrol
Lingkungan
kontrol adalah atmosfer kerja yang dibangun oleh sebuah organisasi bagi para
pegawainya. Lingkungan kontrol mencakup peran dan contoh manajemen, komunikasi
manajemen, perekrutan yang tepat, struktur organisasi yang jelas, dan departemen
audit intern yang efektif.
Peran dan Contoh Management
Elemen
terpenting dalam menciptakan lingkungan yang tepat adalah peran dan teladan
manajemen. Dalam banyak kasus, perilaku tidak jujur dan tidak tepat manajemen
telah dipelajari dan dimodelkan oleh karyawan. Dalam kasus pendanaan ekuitas
yang terkenal, manajemen menulis kebijakan asuransi pada individu yang tidak
ada dan menjualnya ke perusahaan asuransi lain. Melihat perilaku tidak jujur
ini, seorang karyawan berkata pada dirinya sendiri.
Pada Sarbanes-Oxley yang disahkan pada tahun 2002.
Setiap perusahaan publik harus memiliki kode etik untuk membantu mencegah
kesalahan dan harus menerapkan hal beriku
•
Perilaku jujur
dan etis, termasuk penanganan etis dari konflik kepentingan aktual atau nyata
antara hubungan pribadi dan profesional
•
Menghindari konflik
kepentingan, termasuk pengungkapan kepada orang atau orang yang tepat yang
diidentifikasi dalam kode transaksi material atau hubungan yang dapat
menimbulkan konflik semacam itu
•
Pengungkapan yang
lengkap, adil, akurat, tepat waktu, dan mudah dipahami dalam laporan dan
dokumen yang diajukan oleh perusahaan atau surat kabar, Securities and Exchange
Commission (SEC) dan komunikasi publik lainnya yang dilakukan oleh perusahaan
•
Kepatuhan terhadap
undang-undang, peraturan, dan peraturan pemerintah yang berlaku
•
Pelaporan internal
yang cepat terhadap pelanggaran kode kepada orang atau orang yang tepat yang
diidentifikasi dalam kode etik
•
akuntabilitas
untuk kepatuhan terhadap kode etik
Komunikasi Manajemen
Elemen
penting kedua di lingkungan kontrol adalah komunikasi manajemen.
Mengomunikasikan apa yang tidak sesuai dan penting. Kode etik, rapat orientasi,
pelatihan, diskusi supervisor / karyawan, dan jenis komunikasi lainnya yang
membedakan antara perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sangat
penting.
Komunikasi
yang baik antara manajer dan karyawan sangat penting, komunikasi yang akurat
dan konsisten antara organisasi dan pelanggan, vendor, dan pemegang saham juga
penting.
Perekrutan Yang Tepat
Elemen
penting ketiga dalam menciptakan struktur kontrol yang tepat adalah perekrutan
yang tepat. Ketika individu yang tidak jujur dipekerjakan, bahkan kontrol
terbaik pun tidak akan mencegah kecurangan. Misalnya, bank memiliki teller,
manajer, petugas pinjaman, dan orang lain yang memiliki akses harian untuk
mendapatkan uang dan dapat mencuri. Karena tidak mungkin untuk mencegah semua
penipuan bank, bank berharap integritas pribadi, bersama dengan kontrol
preventif dan detektif dan ketakutan akan hukuman, akan mencegah pencurian.
Struktur Organisasi Yang Jelas
Kecurangan
yang menghalangi elemen lingkungan pengendalian adalah organisasi yang jelas
mengetahui secara pasti siapa yang bertanggung jawab atas setiap aktivitas
bisnis, kecurangan cenderung tidak dilakukan. Dalam situasi seperti itu, lebih
mudah untuk melacak aset yang hilang dan lebih sulit untuk melakukan proses
eksekseksasi tanpa harus dilakukan. Akuntabilitas ketat untuk kinerja pekerjaan
sangat penting untuk lingkungan kontrol yang baik.
Departemen Audit Internal Yang Efektif
Elemen
selanjutnya dari lingkungan kontrol adalah departemen audit internal yang
efektif, dikombinasikan dengan program pencegahan keamanan atau kerugian.
Sementara sebagian besar penelitian menemukan bahwa auditor internal mendeteksi
hanya sekitar 20 persen dari semua kecurangan karyawan (yang lain terdeteksi
melalui tip, oleh karyawan yang waspada, atau tidak sengaja), kehadiran auditor
internal hanya memberikan efek jera yang signifikan. Auditor internal
memberikan pemeriksaan independen dan menyebabkan pelaku mengajukan pertanyaan
apakah mereka dapat melakukan kecurangan dan tidak tertangkap. Fungsi keamanan
yang terlihat dan efektif, bersamaan dengan program pencegahan kerugian yang
tepat, dapat membantu memastikan bahwa kecurangan diselidiki dengan benar dan
bahwa pengendalian kelemahan dan pelanggaran ditangani dan dihukum dengan
tepat.
Sistem Akuntansi
Komponen
kedua dari struktur kontrol adalah sistem akuntansi yang baik. Setiap
kecurangan terdiri dari tiga unsur, (1) tindakan pencurian, di mana aset
diambil, (2) penyembunyian, yang merupakan usaha untuk menyembunyikan
kecurangan dari orang lain, dan (3) pertobatan, dimana pelaku menghabiskan uang
Atau mengubah aset curian menjadi uang tunai dan kemudian menghabiskan uangnya.
sistem akuntansi yang efektif memberikan jejak audit yang memungkinkan penipuan
ditemukan dan membuat penyembunyian sulit dilakukan.
Kecurangan
sering disembunyikan dalam catatan akuntansi. Catatan akuntansi didasarkan pada
dokumen transaksi, baik kertas maupun elektronik. untuk menutupi penipuan,
dokumentasi kertas atau elektronik harus diubah, salah tempat, atau dibuat
curang. Dengan sistem akuntansi yang bagus, membedakan antara penipuan aktual
dan kesalahan yang tidak disengaja seringkali sulit dilakukan. Sistem akuntansi
yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat adalah (1) valid, (2)
benar berwenang, (3) lengkap, (4) dikoreksi dengan benar, (5) dilaporkan pada
periode yang tepat, (6) dinilai benar, dan (7)
Dirangkum dengan benar.
Kegiatan Pengendalian (Prosedur)
- Regregasi tugas, atau dual custody
- Sistem otorisasi
- Cek independen
- Perlindungan fisik
- Dokumen dan catatan
1. Segregasi Tugas
Dan Dual Custody.
Segregasi tugas melibatkan pembagian tugas menjadi dua
bagian sehingga tidak hanya satu orang yang memiliki kendali penuh terhadap
tugas tersebut. Penugasan ganda membutuhkan dua orang untuk bekerja sama dalam
tugas yang sama. Dengan cara apa pun, dibutuhkan dua orang untuk melakukan satu
pekerjaan. Bentuk kontrol ini, seperti kebanyakan kontrol preventif, paling
sering digunakan saat uang tunai dilibatkan. Misalnya, pembukaan penerimaan kas
masuk dalam bisnis biasanya dilakukan oleh dua orang atau dengan melakukan
pemisahan tugas. Akuntansi dan penanganan penerimaan kas dipisahkan sehingga
satu orang tidak memiliki akses terhadap keduanya.
2.
Sistem
Otorisasi
Pengendalian internal kedua adalah sistem otorisasi
yang tepat. Prosedur pengendalian otorisasi mengambil beberapa bentuk. Kata
sandi memberi otorisasi kepada individu untuk menggunakan komputer dan
mengakses basis data tertentu. Kartu tanda tangan memberi wewenang kepada
individu untuk masuk ke safe deposit box, melakukan pengecekan tunai, dan
melakukan pelelangan lainnya di lembaga keuangan. Batas pengeluaran memberi
wewenang kepada individu untuk hanya membelanjakan apa yang ada dalam anggaran
atau tingkat persetujuan mereka.
Bila orang tidak berwenang untuk melakukan suatu
kegiatan, kesempatan untuk melakukan kecurangan berkurang. Misalnya ketika
individu tidak diberi wewenang untuk memasukkan safe deposit box, mereka tidak
dapat masuk dan mencuri konten orang lain. Ketika individu tidak diberi
wewenang untuk menyetujui pembelian, mereka tidak dapat memesan barang untuk
keperluan pribadi dan meminta perusahaan mereka membayar barang.
3. Pemeriksaan Independen
Teori pemeriksaan independen adalah
jika orang tahu bahwa pekerjaan atau aktivitas mereka akan dipantau oleh orang
lain, kesempatan untuk melakukan dan menyembunyikan penipuan akan berkurang.
Banyak varietas dari teori ini. rotasi karyawan secara berkala, perhitungan
tunai, review oleh supervisor, pusat aduan karyawan, penggunaan auditor lain
merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan independen. Contoh : OCC meminta
karyawan bank di Amerika untuk melakukan liburan selama akhir pekan. Ketika
karywan tsb pergi, maka org lain yang mengganti tugasnya.
4. Pengamanan
Fisik
Pengamanan fisik seringkali
digunakan untuk menghindari pencurian aset dengan cara melakukan kecurangan
atau lain sebagainya. Bentuk pengamanan fisik diantaranya dengan lemari besi,
kunci . berkas penting, kubah, dll sehingga mengurangi peluang terjadinya fraud
oleh karyawan untuk mencuri aset perusahaan. Contoh : lemari besi di bank untuk
melindungi uang konsumen.
5. Dokumen
dan Catatannya
Sebagai bentuk pengendalian kelima
adalah tentang dokumen dan catatannya. Catatan dokumen ini sebagai salah satu
bukti pencatatan transaksi di perusahaan dan juga untuk keperluan audit.
Dokumen merupakan salah satu bentuk pengendalian preventif tapi juga baik untuk
pengendalian detektif.
Terkadang, dalam perusahaan sudah
mempunyai catatan yang lengkap terkait dokemen, tapi tidak menggunakannya
dengan tepat. Contoh : konsumen bank ingin membuka kotak deposit. Pegawai meminta
ttd, akan tetapi pegawai tersebut membuka kotak deposit lainnya.
Ringkasan Dari
Kontrol Yang Mencegah Atau Mendeteksi Penipuan
Struktur pengendalian internal :
Lingkungan
pengendalian
|
Sistem
akuntansi
|
Prosedur
atau aktivitas pengendalian
|
Filosofi manajemen,
gaya operasi, dan model
|
Transaksi valid
|
Segregasi tugas
|
Efektivitas prosedur penerimaan
|
Pihak yang
berwenang
|
Prosedut
otorisasi yang sesuai
|
Efektivitas
departemen audit internal
|
Kelengkapan
|
Adanya catatan
dan dokumen pendukung
|
Struktur organisasi
yang bersih
|
Klasifikasi yang
layak
|
Pencatatan dan
pengendalian aset fisik perusahaan
|
Waktu yang tepat
|
Pemeriksaan
kinerja independen
|
|
Penilaian yang
layak
|
||
Ringkasan yang
sesuai
|
Pengendalian internal, sistem akuntansi, dan banyak
hal lainnya dari lima aktivitas pengendalian atau prosedur bekerja bersama-sama
untuk mengeliminasi atau mengurangi peluang karyawan untuk melakkukan
kecurangan. Lingkungan pengendalian yang baik akan menciptakan suasana kerja
yang baik, dan membuat karyawan merasa dipekerjakan sehingga dapat memahami
semua tugas dan pekerjaannya akan dilakukan dengan baik. Sistem akuntansi
menyediakan catatan yang menyulitkan pelaku kecurangan untuk mendapatkan akses
terhadap aset, menyembunyikan penipuan, dan mengubah aset curian tanpa
diketahui.
Sayangnya, kebanyakan kecurangan dilakukan dalam
lingkungan yang seharusnya ada sistem pengendalian tapi sayangnya tidak
dilakukan. Bagaimanapun juga banyak faktor yang membuat kecurangan dilakukan,
faktor tersebut diantaranya kualitas hukum kinerja, kegagalan disiplin
peraturan di perusahaan/kantor, kemudahan akses informasi, apatis, kelebihan
kapasitas, kurangnya jejak audit.
Ketidakmampuan
Untuk Menilai Kualitas Kinerja
Jika kita membayar sewa pengacara,
dokter, dokter gigi, akuntan publik, teknisi, sering kali kita membayar jauh
diatas tarif normal pekerjaannya mereka. Hal ini terjadi karena mereka sebagai
salah seorang profesi yang mana membutuhkan keahlian khusus tentunya akan
menaikkan tarif dibanding dengan pekerjaan lainnya.
Kegagalan
Untuk Menjadikan Disiplin Pelaku Kecurangan
Kurangnya
Akses Terhadap Informasi
Banyaknya penipuan yang
diperbolehkan karena kebanyakan korbannya tidak mempunyai akses terhadap
informasi yang dikelola oleh pelaku. Hal ini terurama lazim dilakukan karena
kecurangan sebagian management perusahaan atau pemerintah dilakukembali oleh
stockholders, investor, dan kreditor. Contoh : auditor tidak mengetahui semua
komitmen lisan, semua standar akuntani yang dilanggar untuk pencatatan
transaksi penjualan.
Kebanyakan kasus penipuan investasi
dan kecurangan manajemen tergantung dari kemampuan mendapatkan informasi dari
korbannya. Para pegawai berusaha melindungi dirinya dengan melaporkan kejadian
penipuan semacam itu dengan cara mengungkapkan semuanya pada saat audit laporan
keuangan oleh auditor eksternal.
Informasi asmetris dimana satu perusahaan mempunyai
lebih dari informasi kecurangan di perusahaan lain merupakan salah satu kasus
yang menyebabkan tuntutan hukum.
Ketidakpedulian,
Apatis, Ketidakmampuan
Orang yang lebih tua, pegawai
dengan kondisi bahasa yang berbeda, kondisi warga negara yang tidak waras
sering menjadi korban kecurangan karena para pelaku mengetahui bahwa individu
seperti itu tidak mengetahui ataupun mempunyai kemampuan untuk
Mendeteksi kejadian yang ilegal
atau kecurangan.
Kecurangan yang disebut tetes merpati dirancang khusus
untuk memanfaatkan korban lansia.para pelaku kecurangan biasanya berperan
sebagai pemeriksa bank yang mencoba menangkap bankir yang tidak jujur atau
menggunakan skema lain untuk mendapatkan lansia atau konsumen dengan bahasa non
Inggris yang inginmneyimpan uang di bank. Ketika para lansia keluar dari bank
dan membawa uang dalam jumlah banyak, pelaku kemudian lencuri uangnya dan
berpikiran bahwa para lansia tersebut akan kesulitan untuk mengejarnya.
Para orang tua biasanya dibujuk
dengan pertanyaan dan pernyataan seperti :
a.
Apakah kamu punya
tempat tidur yang tidak digunakan di rumahmu ?
b.
Jika kamu mau
berinvestasi $80.000, maka kami akan memberikan bunga 10% atas investasimu
tersbut
Banyak pelaku kejahatan menipu para
lansia karena korban tersebut tidak mempunyai wawasan yang cukup untuk
mengetahui tentang fraud, seperti misalnya kecurangan di bank sentral,
kejahatan internet, skema kejahatan telepon, skepa piramid, agensi model,
kejahatan telemarketing, skema nigeria merupakan kejahatan yang mencoba untuk
memanfaatkan korbannya karena tidak adanya wawasan atau kemampuan untuk
investasi uangnya.
Kurangnya
Jejak Audit
Organisasi berusaha keras untuk
membuat dokumen yang akan memberikan jejak audit sehingga transaksi dapat
direkonstruksi dan dipahami. Banyak penipuan, yang melibatkan pembayaran tunai
atau manipulasi catatan yang tidak bisa dilacak. Pelaku kecurangan mengerti
bahwa kecurangan mereka harus disembunyikan. Mereka juga tahu bahwa cara untuk
menyembunyikan kejahatan dengan cara melibatkan manipulasi catatan keuangan. Ketika
dihadapkan pada keputusan tentang catatan keuangan mana yang harus
dimanipulasi, pelaku hampir selalu memanipulasi laporan laba rugi, karena mereka
mengerti bahwa jejak audit akan segera terhapus.
Elemen
Rasionalisasi
Selain tekanan dan peluang, elemen lain dari
setigitiga kecurangan adalah rasionalisasi. Sebuah contoh tentang bagaimana
rasionalisasi berkontribusi terhadap terjadinya kecurangan ditunjukan dalam
kasus Jim Bakker dan Richard Dortch. Orang-orang ini dihukum atas dasar 23
tuduhan kecurangan menggunakan sarana yang berbasis kabel (ex telpon, televisi)
dan persuratan serta satu tuduhan terkait konspirasi dalam melaksanakan
kecurangan menggunaan sarana yang sama.
Jim Bakker adalah seorang penginjil yang memiliki
organisasi kerohanian PTL dan menjalankan ativitasnya melalui jaringan
televisi. Selain memberikan program layanan rohani melalui jaringan televisi,
PTL memiliki kegiatan pemeliharaan
gereja, melakukan publikasi bible, mendirikan sekolah dan pusat pelatihan
bibel, melakukan kegiatan pelayanan bagi gelandangan serta banyak kegiatan
sosial ataupun keagamaan lainnya. Berbagai kegiatan tersebut mendukung proses
PTL untuk menjadi semakin besar dan mendapatkan kepercayaan jama’at serta
masyarakat. Semakin besarnya PTL juga menjadikan variasi aktivitasnya semakin
banyak, dan banyak diantaranya dianggap oleh IRS sebagai kegiatan komersial.
Salah satu venturanya mengumpulkan dana masyarakat melalui program lifetime
partnership serta program lainnya hingga mencapai $600juta. Bakker kemudian
diduga melakukan penyesatan dan dianggap memperalat pengikut serta orang-orang
yang berinvestasi untuk operasi kegiatannya dengan menyalahgunakan dana yang
dikumpulkan untuk kepentingan pribadi dirinya dan pengurus PTL yang lain.
Banyak orang meyakini bahwa Bakker adalah orang yang tulus dan terinspirasi
oleh keinginan yang kuat untuk membantu orang lain serta mengajarkan bibel.
Bakker merasionalisasi tindakan buruknya dengan meyakinkan dirinya sendiri
bahwa yang dilakukannya adalah hal yang baik dan untuk membantu orang lain.
Hampir seluruh tindakan kecurangan melibatkan elemen
rasionalisasi. Sebagian besar pelaku kecurangan adalah orang yang melakukan
pelanggaran pertama kali dan umumnya berkomitmen tidak melakukan bentuk kejahatan
yang lain. Dalam beberapa kondisi mereka harus merasionalisasi ketidakjujuran
dari tindakan mereka. Rasionalisasi yang umum dilakukan oleh pelaku kecurangan
diantaranya adalah sebagai berikut:
§
Organisasi
berhutang pada saya
§
Saya hanya
meminjam uang dan akan membayarnya kembali
§
Tidak ada orang
yang tersakiti
§
Saya berhak lebih
dari yang saya dapatkan saat ini
§
Ini untuk tujuan
yang baik
§
Kita akan
memperbaiki catatan pembukuan secepat mungkin setelah masalah keuangan
terselesaikan
Biasanya
kecurangan melibatkan kebohongan pada orang lain. Namun begitu, kecurangan juga
selalu melibatkan kebohongan pelaku pada diri mereka sendiri dengan melakukan
justifikasi atau rasionalisasi atas perbuatannya. Penghindaran pajak adalah
contoh lain dari rasionalisasi. Banyak orang merasionalisasi pembayaran lebih
rendah dari kewajiban pajak mereka mereka dengan menggunakan rasionalisasi
sebagai berikut, yakni:
§
Saya membayar
lebih dari kewajiban wajar pajak saya
§
Orang-orang kaya
tidak membayar pajak sebagaimana seharusnya
§
Pemerintah
membuang-buang uang
§
Saya bekerja untuk
mendapatkan uang saya
Ringkasan Segitiga Kecurangan
Contoh
lain yang dapat kita gunakan untuk melihat bentuk dari segitiga kecurangan
adalah melalui kasus yang melibatkan Jerry Schneider. Seorang eksekutif muda yang
cerdas, berpendidikan tinggi, serta memimpin perusahaan elektronik yang
dimilikinya sendiri namun berakhir dengan melakukan tindakan kecurangan. Dia
menggelapkan lebih dari $1juta dollar dari Pacific Telephone Company dengan
kepemilikannya atas keseluruhan bagian dari segitiga kecurangan yakni tekanan,
peluang dan rasionalisasi. Peluang yang dimilikinya adalah pengetahuan tingkat
tinggi dalam menggunakan computer yang dijadikan sarana olehnya dalam melakukan
penggelapan. Tekanan yang mendorongnya adalah keserakahan, keinginan untuk
membalas dendam (diketahui dalam persidangan tentang bagaimana dirinya membenci
Pacific Telephone Company) dan keinginan untuk membuktikan keunggulannya.
Adapun rasionalisasinya adalah hal yang awalnya hanya menjadi perbincangan
sederhana antara dirinya dengan koleganya tentang apakah kejahatan yang
sempurna dapat dilakukan.
Rekrutmen Kecurangan
Segitiga
fraud sangat berguna untuk membantu kita untuk memahami bagaimana satu orang
menjadi terlibat dalam penipuan. Sayangnya, banyak penipuan saat ini dilakukan
lebih dari satu orang. Bahkan, sebagian besar penipuan - penipuan laporan
keuangan juga melibatkan lebih dari satu pelaku.
Kekuatan
Pada tahun 1947 , Max Weber memperkenalkan
kekuatan sebagai kemungkinan seseorang dapat melaksanakan keinginannya meskipun
adanya perlawanan dari pihak lain. Ketika penipuan berlangsung,
konspirator memiliki keinginan untuk menjalankan
kemauannya - mempengaruhi orang lain untuk bertindak dan melakukan sesuatu
sesuai keinginannya-meskipun ada perlawanan. Pada tahun 1959 dua peneliti,
yakni French dan Raven mengklasifikasikan kekuatan kedalam lima variabel
sebagaimana digambarkan dibawah ini:
Penjelasan
lebih lanjut dari masing-masing kekuatan tersebut adalah sebagai berikut:
Kekuatan
Imbalan
adalah kemampuan dari pelaku penipuan untuk meyakinkan calon korban bahwa ia
akan menerima manfaat tertentu melalui partisipasi dalam skema penipuan. Contoh
manfaat tersebut termasuk janji bonus besar, opsi saham penghargaan, pembayaran
ekuitas lainnya, dan promosi pekerjaan .
Kekuatan Memaksa adalah
kemampuan dari pelaku kecurangan untuk membuat seseorang merasakan hukuman jika
dia tidak berpartisipasi dalam kecurangan. Hukuman ini biasanya didasarkan pada
ketakutan.
Kekuatan Ahli adalah
kemampuan dari pelaku Fraud untuk mempengaruhi orang lain karena pengetahuan
dan pengalamannya. Hal ini seperti kasus management Enron, dimana manajemen
mengklaim memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat baik tentang bisnis
model yang rumit sehingga merasa berhak untuk memutuskan apa yang terbaik bagi
Enron.
Kekuatan Legitimasi mengacu
pada kemampuan pelaku penipuan untuk meyakinkan pelaku potensial bahwa ia
benar-benar memiliki kekuasaan atas pelaku potensial tersebut . Sebagai contoh,
dalam sebuah organisasi, kepala eksekutif dan anggota lain dari manajemen
mungkin mengklaim memiliki kekuasaan yang sah untuk membuat keputusan dan mengarahkan
organisasi-meskipun arahan tersebut tidak etis. Dengan cara ini, konspirator menganggap
peran otoritatif dan meyakinkan calon co – konspirator (karyawan) bahwa
otoritas/kekuasaan mereka adalah sah. Konspirator potensial dalam situasi ini
sering merasakan dilema antara loyalitas dan etika. Kekuatan legitimasi dapat
menjadi alat yang sangat kuat dalam merekrut individu untuk berpartisipasi
dalam sebuah tindakan kecurangan.
Kekuatan
Keterkaitan adalah kemampuan pelaku untuk menghubungkan dirinya
dengan konspirator potensial. Pelaku akan sering menggunakan kekuatan keterkaitan
untuk mendapatkan kepercayaan diri dan partisipasi dari konspirator potensial saat
melakukan tindakan tidak etis. Gambar di bawah menjelaskan proses rekrutmen
secara lebih rinci
Dengan
melihat skema bahwa seseorang biasa merekrut orang lain untuk berpastisipasi
dalam melakukan kecurangan berdasarkan perspektif kekuaran, maka menjadi lebih
mudah untuk dimengerti bagaimana beberapa kecurangan dapat meluas dan
melibatkan banyak orang. Hal itu dikarenakan setelah konspirator potensial
berubah menjadi konspirator atau pelaku kecurangan, maka dirinya pun memiliki
kecenderungan untuk mempengaruhi orang lain untuk berpartisipasi dalam
melakukan hal yang sama dengan dirinya.
Case
2-3
1. Pengendalian
internal yang terlewatkan di BCG
a.
Tidak
adanya aktivitas pengendalian yang baik. Salah satu
kondisi yang dapat menunjukkan adanya aktivitas pengendalain adalah adanya
prosedur pengendalian yang memadai yang ditunjukkan dengan adanya pemisahan
tugas/fungsi, sistem otorisasi, pemeriksaan independen, pengamanan secara
fisik, dan dokumentasi serta pencatatan yang baik. Manajemen BCG tidak
memberlakukan pemisahan fungsi, tidak menjalankan fungsi otorisasi, dan tidak
menunjukkan adanya pemeriksaan independen atas operasional utama perusahaan.
Hal ini terlihat dari supervisor Helen yang tidak melakukan pengawasan atas apa
yang dilakukan oleh Helen. Departemen Akuntansi yang melakukan pembayaran juga
tidak melakukan verifikasi kepada pihak ketiga yang menerima pembayaran, dan
manajemen yang memberikan kewenangan kepada Helen dan supervisornya untuk
mencari konsultan baru sekaligus melaksanakan fungsi verifikasi pembayaran.
b.
Manajemen BCG
menunjukkan lemahnya lingkungan
pengendalian. Hal ini ditunjukkan dengan sikap manajemen yang tidak
memperhatikan pentingnya pengendalian dalam pengelolaan aktivitas operasi dan
pengelolaan pembayaran. Manajemen menerapkan fungsi organisasi yang terpusat
pada satu orang tanpa adanya pengawasan yang ketat.
c.
Manajemen tidak melakukan penilaian risiko. Hal
ini ditunjukkan dengan pemberian kepercayaan kepada satu orang dengan tanpa
memperhitungkan risiko-risiko yang berpotensi muncul karena kebijakan tersebut.
2. Kesempatan
yang mendorong Helen untuk berbuat kecurangan
a.
Tugas dan
tanggungjawab berbeda yang diberikan kepada Helen, atau tidak adanya pemisahan
tugas dan tanggungjawab
b.
Lemahnya akses
informasi. Departemen Akuntansi tidak menerima informasi yang cukup mengenai
klien BCG. Tidak adanya alur informasi dari Departemen Sekretariatan kepada
Departemen Akuntansi mengenai klien yang telah selesai hubungan kerjasamanya
dan klien baru.
c.
Pemberian
kepercayaan tanpa pengawasan
3. Sebagai
konsultan, yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan ini
antara lain:
a.
Tindakan
pendeteksian
1)
Mengumpulkan
seluruh dokumen kerja sama dengan klien (perjanjian, laporan kegiatan, dan
laporan studi kelayakan) beserta dokumen tagihan dan bukti pembayaran kepada
klien
2)
Melakukan
konfirmasi kepada masing-masing klien mengenai eksistensi perusahaan dan
kebenaran dokumen
b.
Tindakan
pencegahan
1)
Mengusulkan kepada
manajemen untuk memperbaiki lingkungan pengendalian. Dimulai dengan menetapkan
tugas dan tanggungjawab masing-masing departemen. Mengevaluasi peran internal
audit sehingga dapat lebih independen dan efektif melakukan tugas dan
fungsinya.
2)
Mengusulkan kepada
manajemen untuk memperbaiki aktivitas pengendalian dengan melakukan pembagian
tugas dan tanggungjawab pada tiap departemen. Mengevaluasi dan memperbaiki
prosedur otorisasi dokumen dengan menggunakan dokumen yang dapat membantu saat
melakukan rekonstruksi transaksi dan mudah dipahami.
3)
Mengusulkan kepada
manajemen untuk memperbaiki mekanisme otorisasi transaksi dalam sistem
akuntansi perusahaan dengan memperhatikan risiko dan pengendalian yang memadai.
Case
2-4
1.
Ruth merasa
memperoleh peluang berbuat kecurangan ketika diberi kepercayaan yang sangat
besar dan tugas yang memiliki fungsi berbeda, yaitu memantau/mengawasi rekening
perusahaan (mengelola rekening perusahaan), mengelola manajemen kas, dan
melaksanakan fungsi pengeluaran kas/pembayaran (membayar tagihan). Dengan kata
lain, pekerjaan yang dilakukan oleh Ruth, diawasi dan dikelola oleh dirinya
sendiri.
2.
Ruth terdorong
melakukan penyimpangan karena telah kecanduan kebiasaan buruk berjudi.
3.
Fakta bahwa Ruth
adalah karyawan terpercaya justru menjadikannya mendapatkan kesempatan untuk
berbuat penyimpangan. Dengan menjadi karyawan yang dipercaya, atasan Ruth
melakukan kesalahan dengan memberikan kepercayaan penuh pembayaran,
pengelolaan, dan pemantauan kas pada satu orang, sehingga hal ini otomatis
menghilangkan fungsi pengendalian dalam aktivitas pengelolaan kas.
4.
Kebiasaan buruk
dapat mendorong orang untuk berbuat kecurangan. Kebiasaan buruk yang dibiarkan
oleh rekan kerja akan memberikan rasionalisasi seseorang untuk terus
melakukannya. Atas Ruth mengetahui bahwa Ruth memiliki kebiasaan berjudi dan
hal ini tidak menjadi perhatian serius manajemen. Kebiasaan buruk berjudi yang
dibiarkan ini menjadi rasionalisasi bagi Ruth untuk terus melakukan judi.
Seiring dengan dibiarkannya kebiasaan judi yang dilakukan, perusahaan malah
semakin memberikan kepercayaan dan wewenang bagi Ruth untuk mengelola kas dan
rekening perusahaan. Hal ini kemudian menambah rasionalisasi bagi Ruth untuk
mengambil sebagian harta perusahaan untuk digunakan olehnya berjudi karena Ruth
merasa dengan kebiasaan buruk berjudinya saja dia telah dapat menjadi orang
kepercayaan di perusahaannya.
Case
2-8
Yang menjadikan
kesempatan kepada dokter mata untuk melakukan kecurangan:
1.
Kurangnya kontrol
yang mencegah dan mendeteksi perilaku curang
Pengendalian yang baik dapat
mencegah orang untuk berbuat kecurangan. Dalam kasus kecurangan yang dilakukan
oleh dokter mata ini, terlihat ada kelemahan pengendalian yaitu pada:
a.
Pengecekan
independen. Dokter mata dapat memalsukan tagihan asuransi palsu karena
kurang/lemahnya pengecekan independen yang dilakukan oleh pengawas internal.
Seharusnya pengawas internal dapat melakukan konfirmasi rutin kepada penyedia
kacamata atau melakukan konfirmasi kepada beberapa pasien untuk menguji
kebenaran dokumen tagihan asuransi yang diajukan oleh dokter mata.
b.
Dokumentasi dan
pencatatan. Dokter mata melakukan dokumentasi dan pencatatan atas aktivitasnya.
Namun pengendalian dalam bentuk pengujian kebenaran dokumen dan pencatatan
tersebut yang masih lemah, sehingga negara sempat tidak mendeteksi adanya
pemalsuan tagihan yang dilakukan oleh dokter mata.
2.
Kurangnya jejak
audit
Salah satu upaya pengendalian internal
adalah dengan membuat dokumen yang dapat digunakan untuk merekonstruksi kembali
transaksi dan memahami prosesnya. Kurangnya jejak audit masih terkait dengan
dokumentasi dan pencatatan. Dalam kasus ini, pelaku menginstruksikan stafnya
untuk membuat dokumen pemeriksaan yang seolah-olah menunjukkan adanya pasien
yang dirawat atau adanya tindakan tertentu kepada pasien. Dokumen sumber
berasal dari dokter mata dan dokter diberi kebebasan untuk mengisi dan
mengelola dokumen tersebut. Kewenangan untuk membuat dokumen rekam medis dan
dokumen penagihan memberi kesempatan kepada dokter untuk membuat kecurangan.
Comments
Post a Comment