MENCONTEK


Mencontek adalah kebiasaan yang buruk kata sebagian orang. Saya pribadi tidak mengharamkan mencontek. Wajar saja, Kalau sedang malas mengingat tiap kata dalam buku, tidak masalah kok mencontek. Apalagi kalau dalam UN, dimana kita sedang dituntut untuk yang terbaik, mengetes pengetahuan kita 3 tahun terakhir hanya dalam 1 minggu, buat saya agak wajib.
Masalahnya, orang sering mengira masalah mencontek itu adalah susahnya soal atau tentang tempat duduk, atau pengawas yang bermata elang. Masalah sebenarnya dari mencontek adalah keinginan dari seseorang apakah ia ingin mencontek atau tidak. Jika memang ia percaya diri akan kemampuan dia menjawab soal, maka dia tidak butuh mencontek, Jika memang tidak ingin belajar maka dia memang punya niat untuk mencontek ketika ujian.
Dan lagi, tidak bisa kok anak yang pintar, tiba-tiba berani mencontek. Kemungkinannya sangat kecil. Apalagi oleh orang-orang yang merasa mencontek adalah sesuatu yang salah, dan merasa bersalah ketika melakukannya. Itulah yang membuat orang-orang itu merasa gugup ketika ingin mencontek, dan perbedaan yang jelas antara yang jago mencontek dan yang amatir. Mereka yang dianggap sangat ekspert dalam mencontek adalah mereka yang tidak merasa bersalah ketika mencontek. Merasa dirinya benar dalam mencontek. Karena itulah mencontek dibilang sebagai sebuah kebiasaan. Bukan satu perbuatan tunggal dalam satu adegan. Tapi seluruh pengulangan latihan-latihan untuk membiasakan diri tidak merasa bersalah ketika mencontek.
Contek itu hampir seperti candu, merasakannya sekali dan kalau tidak akan mengerti caranya untuk berhenti. Dan jika kau ingin berhenti, satu-satunya cara adalah tidak pernah memulainya. Sayangnya dengan kondisi saat ini, agak tidak mungkin. Lebih baik menunggu.

Comments

Popular Posts