Rasa cinta yang tak pernah tersampaikan sampai ajal menjemput

Disebuah rumah sakit saat aku ingin menjenguk kakakku yang sedang koma, aku melihat seorang wanita duduk termenung dengan wajah pucat pasi, aku penasaran dengannya saat aku mencoba mendekati dan duduk disebelah gadis tersebut dan ia hanya termenung dengan memegang sebuah kalung liontin, saat aku duduk disebelah dia, aku ingin sekali bertanya padanya tetapi mulutku tak dapat berbicara, Tiba-tiba gadis itu menangis akupun terperanjat saat melihat tangisan yang keluar dari matanya yang indah. Saat itu juga tiba–tiba tangan gadis itu memegang tanganku dan dengan spontan gadis itu bertanya padaku,
“apakah kamu pernah kehilangan seseorang dalam hidupmu?” Tanya gadis itu (sambil menangis).
“tidak… aku belum dan tak akan pernah siap untuk kehilangan seseorang yang ku sayang”. jawabku dengan tegas (sambil menatap gadis tersebut).
Dan gadis itu memberikan pertanyaan lagi yang mengejutkanku.
“saat aku mendengar jawabanmu, kau adalah seseorang yang sangat sayang terhadap orang yang kau cintai, apakah kamu mau jadi sahabatku?” Tanya gadis itu dengan hati berharap.
Tapi kamu kok bisa menganggapku baik hanya karena aku berbicara seperti itu? tapi baiklah, aku akan menjadi sahabatmu dan aku juga siap apabila aku harus menjadi tempat curhatmu dan aku berjanji tak akan membocorkan kepada siapapun.” jawabku (meyakinkan gadis tersebut).
Gadis itu merenung setelah mendengar jawabanku.
Tapi apakah kamu malu punya teman lumpuh dan hanya tergantung dengan kursi roda.” Tanya gadis itu dengan wajah pucat pasi.
Aku tidak akan malu, walau nanti orang berkata apa padaku!” jawabku meyakinkannya.
Waktu berjalan cukup cepat sampai tak terasa jam besuk dirumah sakit tersebut sudah hampir usai dan akupun lupa untuk menjenguk kakaku yang sedang sakit, akupun mengakhiri pembicaraan tersebut, sebelum mengakhirinya aku bertanya sesuatu.
“oh ya… Siapa namamu, masa sudah berbicara panjang lebar tapi tidak tau nama sih, kan kata pribahasa tak kenal maka tak sayang?” tanyaku dengan nada bergurau
Oh iya… kamu benar knapa tak kpikiran dari awal yah… namaku safira dan kamu siapa?” tanyanya
Aku adalah gadis cute… aku Tania, sudah dulu yach aku mau menjenguk kakaku dan kamu juga harus istirahatkan, besok kita sambung lagi pembicaraan kita, karena besok giliranku untuk merawat kakakku!” jawabku (sambil berjalan meninggalkan dia).
***********
Keesokan pagi aku langsung pergi kerumah sakit, tetapi hari ini lain, biasanya aku malas jika pergi kerumah sakit tapi sekarang setelah aku berkenalan dengan seorang gadis aku tidak malas lagi malah aku sangat bersemangat sekali. Sesampai dirumah sakit aku langsung menuju kamar kakakku dirawat dan aku melayani kakakku dengan baik walaupun aku sedih sudah seminggu lamanya kakakku tak sadarkan diri, tapi aku tak boleh putus asa karena tuhan tak akan memberi cobaan yang berat bagi umatnya. Tiba–tiba terbesit dipikaranku bahwa aku janji untuk menemuinya sekarang dan aku langsung meninggalkan kamar kakakku yang sedang dirawat oleh suster. Tiba–tiba teman baruku telah menungguku dengan wajah tersenyum padaku.
“Safira maafkan aku terlambat, aku harus merawat kakakku sampai membuat kamu menunggu?’’ tanyaku (dengan nafas tersendat–sendat).
“Ia tidak apa–apa aku juga baru sampai.” jawab safira dengan tersenyum.
“kita mau bahas apa nich…? tanyaku
“tan aku mau bercerita tentang kehidupanku tapi kamu dengarkan yah…?”. Tanya safira
“ok…
Akupun sangat penasaran, saat safira ingin bercerita tentang kehidupannya padaku.
“kemarin aku sempat bertanya pada mu tentang kehilangan seseorang, sekarang aku akan menjelaskan apa maksud aku bertanya padamu? sebenarnya dulu aku pernah mempunyai seseorang yang sangat berarti dalam hidupku, tapi saat aku belum lumpuh dan aktivitasku masih normal, menurut teman dekatku aku adalah orang yang riang, pintar dan lucu tapi disisi lain aku menganggap diriku adalah orang yang tak pernah beruntung tentang cinta dan kasih sayang.” kata safira
“memang kenapa padahal kamu adalah orang yang sangat sempurna?” tanyaku penasaran.
“memang betul apa yang dibilang kamu dan teman dekatku, tapi kamu harus tau bahwa aku adalah orang yang selalu berharap terhadap seseorang.” Kata safira
“apa maksudmu itu!”. tanyaku penasaran
Ok… aku akan cerita, dulu aku pernah menyukai seseorang dia adalah cowok dan sekalligus teman dekatku waktu SD, walaupun aku sering bercanda, mengerjakan pr bersama tapi dia tak tau bahwa aku menyukainya, tapi suatu hari aku tau kenapa dia tidak menyukaiku karena dia tak ingin menghancurkan persahabatan kita, tapi aku baru tau itu dari orang lain yang sekaligus temannya. Tapi pada saat aku baru naik ke kelas 3 SmP, aku tau bahwa dia sudah punya pacar itupun dari orang lain. Saat itu hatiku sangat hancur mungkin dulu pada saat aku masih SD aku belum tau apa arti cinta itu sendiri tapi sekarang aku sering menangis, merenung dan bertanya–tanya pada diriku sendiri, tapi pada suatu malam aku berfikir kenapa aku harus memikirkannya. Dan mulai saat itu aku mencoba melupakannya dengan memperbanyak belajar dan beraktivitas karena pada saat itu aku harus fokus terhadap ujian, tetapi hal itu hanya berlangsung dan bertahan selama 2 bulan sampai pengumuman lulus or tidak, ternyata akupun lulus karena di sekolahku semuanya lulus 100%, tetapi ada pengumuman yang harus kutunggu yaitu pengumuman masuk SMAN atau Swasta. Pada saat aku bercanda dengan temanku dikantin sekolah tentang kelulusan dan masuk Sma n atau tidak, tiba–tiba seorang cowok datang mendekatiku, dia adalah Vino cowok yang ku suka saat SD sekaligus temanku, dengan perasaan terkejut dia berkata “Saf aku mau bicara dengan kamu sebentar saja.”
Akhirnya aku mengikuti perkataan Vino dan meninggalkan temanku yang semakin penasaran melihatku dengan vino.
“ada apa sih vin… apa aku punya salah sama kamu, kenapa tiba–tiba kamu mau berbicara padaku?’. Tanyaku penasaran.
“saf… kenapa sih akhir–akhir ini loe menjauh dari gw dan harusnya gw yang nanya ama loe apa gw punya salah am loe, coba jelaskan karena gw juga risih setiap loe liat gw loe selalu menghidar seakan–akan gw adalah orang yang loe benci”. Tanya Vino dengan nada emosi.
“Ga… kok Vin loe ga punya salah ama gw tapi gw ga mau aja disaat ujian gw terus bermain dengan loe.” Jawabku berbohong pada sahabatku sendiri.
“apa benar itu alasan loe apa g ada yang lain” Tanya vino.
Sebelum aku menjawab tiba-tiba seorang cewek cantik, badan ramping, rambut lurus berjalan dan berdiri diantara aku dan Vino, ternyata dia adalah cewek Vino sekarang, dan saat dia muncul hatiku terasa sangat sakit dan lebih sakit lagi saat Dina mencoba menarik tangan vino, dengan wajah terkejut vino akhirnya pergi meninggalkanku sendiri tanpa menatap dan berbicara padaku hingga aku harus menahan air mata ini agar tidak jatuh.
Sebelum safira melanjutkan ceritanya aku bertanya “lalu bagaimana dengan vino apakah kamu satu sekolah lagi sama dia saat SMA?’’
Sebelum safira menjawab dari kejauhan terlihat seorang bapak–bapak tua yang mukanya sangat mirip dengan safira dan ternyata dia adalah ayah safira, yang memanggil safira untuk melakukan terapi. akhirnya aku mengakhiri pembicaraan tersebut dan safira memberikan nomor hpnya kepadaku.
**********
Karena jadwal kuliahku hampir padat dan tidak ada waktu luang untuk aku pergi kerumah sakit, tapi walaupun aku tidak bertemu safira secara langsung tapi aku tetap berkomunikasi dengannya, tapi tetap saja aku merasa penasaran akan kisah safira selanjutnya, tapi aku juga tidak boleh terlalu berharap apakah safira akan menceritakan semuanya atau tidak. Akhirnya waktu yang ku tunggu–tunggu datang, karena aku dapat bertemu safira dirumah sakit, betapa senangnya hatiku Karena sudah 3 minggu tak bertemu dengannya.
Keesokan harinya aku langsung ke rumah sakit, ibukupun heran kenapa aku akhir–akhir ini sangat ingin sekali merawat kakak di rumah sakit, tapi aku bersyukur karena jika aku ingin pergi kerumah sakit ibuku dapat istirahat karena terlalu lama ibuku menjaga kakakku. Sebelumya aku tidak bilang sama safira kalau aku mau kerumah sakit, aku sengaja untuk mengejutkan dia. Sesampai dirumah sakit seperti biasa aku merawat kakaku dan menunggu suster datang untuk menggantikan merawat kakakku selama aku pergi menemui safira. Setelah suster datang aku langsung menuju kamar safira yang tak jauh dari kamar kakakku dirawat, hanya selisih 5 kamar saja. Aku melihat safira sedang melamun sendiri ditempat tidurnya tanpa ada yang menemaninya, akupun langsung masuk kekamarnya dan itu sangat mengejutkan safira hingga membangunkannya dari lamunan.
“Saf mang kamu ga ada yang nungguin?” tanyaku
“oh itu… Memang kalau siang aku tidak ada yang nungguin paling ayah menyuruh suster untuk merawatku, tapi kalau malam baru ayah atau ibuku yang menungguku, kita teruskan cerita yang kemarin agar aku lega jika suatu saat aku tidak akan bertemu denganmu lagi.” Jawabnya
“Apa cieh… Kenapa kamu berkata begitu, aku ga suka jika kamu berkata seperti itu.” jawabku marah
“I’m sorry… aku tidak akan berkata seperti itu lagi, aku akan menjawab pertanyaanmu yang kemarin, akupun tidak menyangka kalau aku harus satu sekolahan lagi dengan Vino, ga tau kenapa apa ini takdirku untuk selalu bersama dengan Vino, walau satu sekolah dia hanya sebagai teman. Suatu hari saat aku kelas 2 SMA ada seseorang yang menyatakan cinta kepadaku lalu aku menerima cowok itu, cowok itu bernama Avian tapi walupun statusku berpacaran dengannya tapi kenapa perasaan aku biasa saja jika jalan dengannya walaupun vino tau kalau aku jadian dengan avian ia hanya mengucapkan selamat denganku tanpa ada rasa cemburu, aku memang salah kenapa harus mencintai orang seperti vino. Tapi vino sekarang sudah putus dengan dina semenjak vino masuk SMA. hubunganku dengan avian tidak sampai satu bulan lalu putus karena aku tau kalau dia hanya mempermainkanku saja, aku tidak merasa marah dengannya karena aku juga tidak punya perasaan apapun dengannya karena cintaku hanya untuk Vino seorang. Saat penentuan kelulusan SMA, vino mengajakku mengobrol di kantin karena sudah terlalu lama aku tidak pernah berbicara dengannya lagi.
“Saf… setelah ini loe mau lanjutkan kuliah atau kerja?” Tanya Vino (sambil memakan baksonya)
“oh… yang jelas gw mau kuliah dulu baru nanti kalo gw dah dapat gelar sarjana baru gw kerja, terus loe sendiri gimana mau kuliahkah or kerja, tapi yang jelas loe ga married dulu-kan, masa dapet ijazah langsung kawin?”. kataku (sambil melihatnya makan)
“ya… enggak lah loe ada–ada aja dech, nanya seperi itu, tapi memang selera humoris loe ga pernah hilang yach, gw kemungkinan akan lanjutin study gw di Malaysia?’’. katanya (sambil memandang safira)
Saat aku mendengar jawabanya aku langsung memuncratkan makanan, karena aku kaget kalau dia harus pergi jauh untuk waktu yang lama meninggalkanku.
“I’m sorry. Are you sure…?” tanyaku sambil mengelap mulutku
“Allright, memang kenapa, kangen yach?’’ sindirnya padaku
“iya sih, nanti siapa yang antar jemput gw, terus temen gw dari kecil udah ga ada lagi dong?”. Kataku
Keadaanpun menjadi sunyi,
“tenang aja gw masih punya waktu sebulan kok, jadi selama sebulan gw akan layanin sahabat gw kemana aja yang dia mau “jawabnya sambil bergurau.
Kami langsung pergi meninggalkan kantin menuju kelas, karena kami mendengar bel jam ke 5 sekolah berbunyi, saat dikelas pikiranku seakan melayang hingga temanku yang memanggilku harus memangggil dengan suara yang sangat keras untuk membangunkan aku dari lamunan yang mungkin cukup lama. Bel terakhirpun berbunyi itu tanda sekolah telah usai, betapa kaget aku melihat vino sudah berdiri dihadapanku dan mengajakku pulang. Didalam perjalanan pulang didalam pikiranku hanya berpikir apa yang akan terjadi jika Vino pergi dan bagaimana dengan perasaan yang selama ini ada didalam hatiku.
Saat perjalanan pulang dengan menggunakan motor, Vino berkata
“Saf… besok mau kemana besok kita kan sudah tidak ke SMA lagi, apa rencana kita nih?
“oh… itu sih terserah kamu aja, kan kamu yang ngajak aku, jadi aku ikut kamu aja!” (sambil pegangan Vino )
Setelah sampai di depan rumahku, akupun langsung turun dari motor Vino
“ok besok aku jemput kamu kita makan di cafe aja yah!” kata Vino
“baiklah… (sambil melambaikan tangan ke Vino)
********
Pagi itu sangatlah sejuk, tapi sayang tak sesejuk hatiku sekarang yang sedang galau. Dari jendela aku melihat seseorang yang berteriak memanggil namaku dari kejauhan ternyata itu Vino yang sedang asyik jogging, dengan spontan akupun langsung turun kelantai bawah dan keluar.
“saf jogging yuk, ngapain loe dirumah aja suntuk kali mumpung nih udaranya lagi sejuk, cepet pakai sepatu, sebelum matahari tinggi!” (sambil mengayunkan kedua tangannya)
“Baiklah, tunggu sebentar gw pake sepatu dulu “. (sambil memakai sepatu )
Disepanjang jalan aku dan Vino bercanda membicarakan hal–hal yang lucu yang membuat kita terus tertawa, dan g kerasa matahari telah tinggi, akhirnya kita putuskan untuk pulang dan mandi. handphoneku berbunyi ternyata itu dari Vino akupun mengangkatnya dan ternyata kami tidak jadi pergi ke café, karena vino ada acara dengan ibunya, akupun merasa sangat kecewa, tapi tidak apa–apa.
Setiap hari vino berkunjung kerumahku hanya untuk mengobrol dan membahas cerita kita waktu sd, smp hingga sekarang, walaupun aku senang tapi didalam hatiku aku sangatlah sedih, dan tidak kerasa waktu begitu cepat seakan waktu ingin memisahkanku dari Vino. Ternyata besok adalah waktu terakhirku bersama Vino karena dia akan pergi ke Malasyia. Malam itupun aku sangat gelisah sekali akankah aku harus pergi ke bandara mengantar Vino atau dirumah, tetapi aku telah berjanji kepada Vino untuk mengantarkan keberangkatannya.
Hari yang sangat menyebalkan dan menyedihkanpun tiba aku meninggalkan rumah dengan kaki yang begitu berat untuk bisa berjalan, seakan kakiku tak kuat untuk melangkah pergi. Dengan terpaksa aku pergi kebandara dengan mengendarai mobil pribadiku. Setelah tiba di bandara aku mencari dimana Vino ternyata dia sedang duduk, akupun mendekatinya dan duduk disebelahnya.
“hei… gimana sudah siap meninggalkan Jakarta dan temanmu ini?” tanyaku
“ya sebenarnya tidak, tapi aku harus siap!” jawabnya (sambil memakan makanan kecil)
Aku mendengar kalau keberangkatan menuju malaysia akan segera berangkat, Vinopun langsung berdiri dari kursinya, tapi sebelum ia pergi ia memberikan aku sesuatu yang sangat indah sekali,
“saf.. ini gw sengaja membelikan liontin ini untukmu, agar kau tidak akan lupa denganku, dan jika loe buka liontin itu ada foto kita berdua, jadi jika loe kangen sama gw loe tinggal buka liontin itu. Gw juga punya sama seperti loe jadi kalo gw kangen sama loe tinggal buka liontin ini deh?” kata vino sambil memasangkan liontin keleherku.
akupun langsung memeluk vino dan akupun mengeluarkan air mata yang dari tadi kutahan
“Sudah saf, pasti nanti kita akan bertemu lagi dan aku berjanji akan selalu telpon kamu kok, sekarang kan juga sudah ada facebook jadi kita bisa komunikasi sepuasnya kata Vino (sambil mengusap air mataku yang jatuh)
“tapi vin itu rasanya beda,?” kataku (sambil menangis)
“Sudah. Jangan menangis kalau kamu nangis aku tidak tega meningglakanmu saf, udah aku pergi dulu? (sambil berjalan perlahan meninggalkanku sendiri)
Saat dia berjalan menajuh dariku saat itulah aku tak melihatnya untuk selamanya. Mungkin itu adalah pertemuanku dengannya untuk terakhir kalinya. Setelah kepergiannya dan sesampainya dia di Malasyia dia tidak lupa dengan janjinya untuk selalu mengabariku melalui alat komunikasi apapun. Dan hanya itu caraku agar menjaga persah
Disebuah rumah sakit saat aku ingin menjenguk kakakku yang sedang koma, aku melihat seorang wanita duduk termenung dengan wajah pucat pasi, aku penasaran dengannya saat aku mencoba mendekati dan duduk disebelah gadis tersebut dan ia hanya termenung dengan memegang sebuah kalung liontin, saat aku duduk disebelah dia, aku ingin sekali bertanya padanya tetapi mulutku tak dapat berbicara, Tiba-tiba gadis itu menangis akupun terperanjat saat melihat tangisan yang keluar dari matanya yang indah. Saat itu juga tiba–tiba tangan gadis itu memegang tanganku dan dengan spontan gadis itu bertanya padaku,
“apakah kamu pernah kehilangan seseorang dalam hidupmu?” Tanya gadis itu (sambil menangis).
“tidak… aku belum dan tak akan pernah siap untuk kehilangan seseorang yang ku sayang”. jawabku dengan tegas (sambil menatap gadis tersebut).
Dan gadis itu memberikan pertanyaan lagi yang mengejutkanku.
“saat aku mendengar jawabanmu, kau adalah seseorang yang sangat sayang terhadap orang yang kau cintai, apakah kamu mau jadi sahabatku?” Tanya gadis itu dengan hati berharap.
Tapi kamu kok bisa menganggapku baik hanya karena aku berbicara seperti itu? tapi baiklah, aku akan menjadi sahabatmu dan aku juga siap apabila aku harus menjadi tempat curhatmu dan aku berjanji tak akan membocorkan kepada siapapun.” jawabku (meyakinkan gadis tersebut).
Gadis itu merenung setelah mendengar jawabanku.
Tapi apakah kamu malu punya teman lumpuh dan hanya tergantung dengan kursi roda.” Tanya gadis itu dengan wajah pucat pasi.
Aku tidak akan malu, walau nanti orang berkata apa padaku!” jawabku meyakinkannya.
Waktu berjalan cukup cepat sampai tak terasa jam besuk dirumah sakit tersebut sudah hampir usai dan akupun lupa untuk menjenguk kakaku yang sedang sakit, akupun mengakhiri pembicaraan tersebut, sebelum mengakhirinya aku bertanya sesuatu.
“oh ya… Siapa namamu, masa sudah berbicara panjang lebar tapi tidak tau nama sih, kan kata pribahasa tak kenal maka tak sayang?” tanyaku dengan nada bergurau
Oh iya… kamu benar knapa tak kpikiran dari awal yah… namaku safira dan kamu siapa?” tanyanya
Aku adalah gadis cute… aku Tania, sudah dulu yach aku mau menjenguk kakaku dan kamu juga harus istirahatkan, besok kita sambung lagi pembicaraan kita, karena besok giliranku untuk merawat kakakku!” jawabku (sambil berjalan meninggalkan dia).
***********
Keesokan pagi aku langsung pergi kerumah sakit, tetapi hari ini lain, biasanya aku malas jika pergi kerumah sakit tapi sekarang setelah aku berkenalan dengan seorang gadis aku tidak malas lagi malah aku sangat bersemangat sekali. Sesampai dirumah sakit aku langsung menuju kamar kakakku dirawat dan aku melayani kakakku dengan baik walaupun aku sedih sudah seminggu lamanya kakakku tak sadarkan diri, tapi aku tak boleh putus asa karena tuhan tak akan memberi cobaan yang berat bagi umatnya. Tiba–tiba terbesit dipikaranku bahwa aku janji untuk menemuinya sekarang dan aku langsung meninggalkan kamar kakakku yang sedang dirawat oleh suster. Tiba–tiba teman baruku telah menungguku dengan wajah tersenyum padaku.
“Safira maafkan aku terlambat, aku harus merawat kakakku sampai membuat kamu menunggu?’’ tanyaku (dengan nafas tersendat–sendat).
“Ia tidak apa–apa aku juga baru sampai.” jawab safira dengan tersenyum.
“kita mau bahas apa nich…? tanyaku
“tan aku mau bercerita tentang kehidupanku tapi kamu dengarkan yah…?”. Tanya safira
“ok…
Akupun sangat penasaran, saat safira ingin bercerita tentang kehidupannya padaku.
“kemarin aku sempat bertanya pada mu tentang kehilangan seseorang, sekarang aku akan menjelaskan apa maksud aku bertanya padamu? sebenarnya dulu aku pernah mempunyai seseorang yang sangat berarti dalam hidupku, tapi saat aku belum lumpuh dan aktivitasku masih normal, menurut teman dekatku aku adalah orang yang riang, pintar dan lucu tapi disisi lain aku menganggap diriku adalah orang yang tak pernah beruntung tentang cinta dan kasih sayang.” kata safira
“memang kenapa padahal kamu adalah orang yang sangat sempurna?” tanyaku penasaran.
“memang betul apa yang dibilang kamu dan teman dekatku, tapi kamu harus tau bahwa aku adalah orang yang selalu berharap terhadap seseorang.” Kata safira
“apa maksudmu itu!”. tanyaku penasaran
Ok… aku akan cerita, dulu aku pernah menyukai seseorang dia adalah cowok dan sekalligus teman dekatku waktu SD, walaupun aku sering bercanda, mengerjakan pr bersama tapi dia tak tau bahwa aku menyukainya, tapi suatu hari aku tau kenapa dia tidak menyukaiku karena dia tak ingin menghancurkan persahabatan kita, tapi aku baru tau itu dari orang lain yang sekaligus temannya. Tapi pada saat aku baru naik ke kelas 3 SmP, aku tau bahwa dia sudah punya pacar itupun dari orang lain. Saat itu hatiku sangat hancur mungkin dulu pada saat aku masih SD aku belum tau apa arti cinta itu sendiri tapi sekarang aku sering menangis, merenung dan bertanya–tanya pada diriku sendiri, tapi pada suatu malam aku berfikir kenapa aku harus memikirkannya. Dan mulai saat itu aku mencoba melupakannya dengan memperbanyak belajar dan beraktivitas karena pada saat itu aku harus fokus terhadap ujian, tetapi hal itu hanya berlangsung dan bertahan selama 2 bulan sampai pengumuman lulus or tidak, ternyata akupun lulus karena di sekolahku semuanya lulus 100%, tetapi ada pengumuman yang harus kutunggu yaitu pengumuman masuk SMAN atau Swasta. Pada saat aku bercanda dengan temanku dikantin sekolah tentang kelulusan dan masuk Sma n atau tidak, tiba–tiba seorang cowok datang mendekatiku, dia adalah Vino cowok yang ku suka saat SD sekaligus temanku, dengan perasaan terkejut dia berkata “Saf aku mau bicara dengan kamu sebentar saja.”
Akhirnya aku mengikuti perkataan Vino dan meninggalkan temanku yang semakin penasaran melihatku dengan vino.
“ada apa sih vin… apa aku punya salah sama kamu, kenapa tiba–tiba kamu mau berbicara padaku?’. Tanyaku penasaran.
“saf… kenapa sih akhir–akhir ini loe menjauh dari gw dan harusnya gw yang nanya ama loe apa gw punya salah am loe, coba jelaskan karena gw juga risih setiap loe liat gw loe selalu menghidar seakan–akan gw adalah orang yang loe benci”. Tanya Vino dengan nada emosi.
“Ga… kok Vin loe ga punya salah ama gw tapi gw ga mau aja disaat ujian gw terus bermain dengan loe.” Jawabku berbohong pada sahabatku sendiri.
“apa benar itu alasan loe apa g ada yang lain” Tanya vino.
Sebelum aku menjawab tiba-tiba seorang cewek cantik, badan ramping, rambut lurus berjalan dan berdiri diantara aku dan Vino, ternyata dia adalah cewek Vino sekarang, dan saat dia muncul hatiku terasa sangat sakit dan lebih sakit lagi saat Dina mencoba menarik tangan vino, dengan wajah terkejut vino akhirnya pergi meninggalkanku sendiri tanpa menatap dan berbicara padaku hingga aku harus menahan air mata ini agar tidak jatuh.
Sebelum safira melanjutkan ceritanya aku bertanya “lalu bagaimana dengan vino apakah kamu satu sekolah lagi sama dia saat SMA?’’
Sebelum safira menjawab dari kejauhan terlihat seorang bapak–bapak tua yang mukanya sangat mirip dengan safira dan ternyata dia adalah ayah safira, yang memanggil safira untuk melakukan terapi. akhirnya aku mengakhiri pembicaraan tersebut dan safira memberikan nomor hpnya kepadaku.
**********
Karena jadwal kuliahku hampir padat dan tidak ada waktu luang untuk aku pergi kerumah sakit, tapi walaupun aku tidak bertemu safira secara langsung tapi aku tetap berkomunikasi dengannya, tapi tetap saja aku merasa penasaran akan kisah safira selanjutnya, tapi aku juga tidak boleh terlalu berharap apakah safira akan menceritakan semuanya atau tidak. Akhirnya waktu yang ku tunggu–tunggu datang, karena aku dapat bertemu safira dirumah sakit, betapa senangnya hatiku Karena sudah 3 minggu tak bertemu dengannya.
Keesokan harinya aku langsung ke rumah sakit, ibukupun heran kenapa aku akhir–akhir ini sangat ingin sekali merawat kakak di rumah sakit, tapi aku bersyukur karena jika aku ingin pergi kerumah sakit ibuku dapat istirahat karena terlalu lama ibuku menjaga kakakku. Sebelumya aku tidak bilang sama safira kalau aku mau kerumah sakit, aku sengaja untuk mengejutkan dia. Sesampai dirumah sakit seperti biasa aku merawat kakaku dan menunggu suster datang untuk menggantikan merawat kakakku selama aku pergi menemui safira. Setelah suster datang aku langsung menuju kamar safira yang tak jauh dari kamar kakakku dirawat, hanya selisih 5 kamar saja. Aku melihat safira sedang melamun sendiri ditempat tidurnya tanpa ada yang menemaninya, akupun langsung masuk kekamarnya dan itu sangat mengejutkan safira hingga membangunkannya dari lamunan.
“Saf mang kamu ga ada yang nungguin?” tanyaku
“oh itu… Memang kalau siang aku tidak ada yang nungguin paling ayah menyuruh suster untuk merawatku, tapi kalau malam baru ayah atau ibuku yang menungguku, kita teruskan cerita yang kemarin agar aku lega jika suatu saat aku tidak akan bertemu denganmu lagi.” Jawabnya
“Apa cieh… Kenapa kamu berkata begitu, aku ga suka jika kamu berkata seperti itu.” jawabku marah
“I’m sorry… aku tidak akan berkata seperti itu lagi, aku akan menjawab pertanyaanmu yang kemarin, akupun tidak menyangka kalau aku harus satu sekolahan lagi dengan Vino, ga tau kenapa apa ini takdirku untuk selalu bersama dengan Vino, walau satu sekolah dia hanya sebagai teman. Suatu hari saat aku kelas 2 SMA ada seseorang yang menyatakan cinta kepadaku lalu aku menerima cowok itu, cowok itu bernama Avian tapi walupun statusku berpacaran dengannya tapi kenapa perasaan aku biasa saja jika jalan dengannya walaupun vino tau kalau aku jadian dengan avian ia hanya mengucapkan selamat denganku tanpa ada rasa cemburu, aku memang salah kenapa harus mencintai orang seperti vino. Tapi vino sekarang sudah putus dengan dina semenjak vino masuk SMA. hubunganku dengan avian tidak sampai satu bulan lalu putus karena aku tau kalau dia hanya mempermainkanku saja, aku tidak merasa marah dengannya karena aku juga tidak punya perasaan apapun dengannya karena cintaku hanya untuk Vino seorang. Saat penentuan kelulusan SMA, vino mengajakku mengobrol di kantin karena sudah terlalu lama aku tidak pernah berbicara dengannya lagi.
“Saf… setelah ini loe mau lanjutkan kuliah atau kerja?” Tanya Vino (sambil memakan baksonya)
“oh… yang jelas gw mau kuliah dulu baru nanti kalo gw dah dapat gelar sarjana baru gw kerja, terus loe sendiri gimana mau kuliahkah or kerja, tapi yang jelas loe ga married dulu-kan, masa dapet ijazah langsung kawin?”. kataku (sambil melihatnya makan)
“ya… enggak lah loe ada–ada aja dech, nanya seperi itu, tapi memang selera humoris loe ga pernah hilang yach, gw kemungkinan akan lanjutin study gw di Malaysia?’’. katanya (sambil memandang safira)
Saat aku mendengar jawabanya aku langsung memuncratkan makanan, karena aku kaget kalau dia harus pergi jauh untuk waktu yang lama meninggalkanku.
“I’m sorry. Are you sure…?” tanyaku sambil mengelap mulutku
“Allright, memang kenapa, kangen yach?’’ sindirnya padaku
“iya sih, nanti siapa yang antar jemput gw, terus temen gw dari kecil udah ga ada lagi dong?”. Kataku
Keadaanpun menjadi sunyi,
“tenang aja gw masih punya waktu sebulan kok, jadi selama sebulan gw akan layanin sahabat gw kemana aja yang dia mau “jawabnya sambil bergurau.
Kami langsung pergi meninggalkan kantin menuju kelas, karena kami mendengar bel jam ke 5 sekolah berbunyi, saat dikelas pikiranku seakan melayang hingga temanku yang memanggilku harus memangggil dengan suara yang sangat keras untuk membangunkan aku dari lamunan yang mungkin cukup lama. Bel terakhirpun berbunyi itu tanda sekolah telah usai, betapa kaget aku melihat vino sudah berdiri dihadapanku dan mengajakku pulang. Didalam perjalanan pulang didalam pikiranku hanya berpikir apa yang akan terjadi jika Vino pergi dan bagaimana dengan perasaan yang selama ini ada didalam hatiku.
Saat perjalanan pulang dengan menggunakan motor, Vino berkata
“Saf… besok mau kemana besok kita kan sudah tidak ke SMA lagi, apa rencana kita nih?
“oh… itu sih terserah kamu aja, kan kamu yang ngajak aku, jadi aku ikut kamu aja!” (sambil pegangan Vino )
Setelah sampai di depan rumahku, akupun langsung turun dari motor Vino
“ok besok aku jemput kamu kita makan di cafe aja yah!” kata Vino
“baiklah… (sambil melambaikan tangan ke Vino)
********
Pagi itu sangatlah sejuk, tapi sayang tak sesejuk hatiku sekarang yang sedang galau. Dari jendela aku melihat seseorang yang berteriak memanggil namaku dari kejauhan ternyata itu Vino yang sedang asyik jogging, dengan spontan akupun langsung turun kelantai bawah dan keluar.
“saf jogging yuk, ngapain loe dirumah aja suntuk kali mumpung nih udaranya lagi sejuk, cepet pakai sepatu, sebelum matahari tinggi!” (sambil mengayunkan kedua tangannya)
“Baiklah, tunggu sebentar gw pake sepatu dulu “. (sambil memakai sepatu )
Disepanjang jalan aku dan Vino bercanda membicarakan hal–hal yang lucu yang membuat kita terus tertawa, dan g kerasa matahari telah tinggi, akhirnya kita putuskan untuk pulang dan mandi. handphoneku berbunyi ternyata itu dari Vino akupun mengangkatnya dan ternyata kami tidak jadi pergi ke café, karena vino ada acara dengan ibunya, akupun merasa sangat kecewa, tapi tidak apa–apa.
Setiap hari vino berkunjung kerumahku hanya untuk mengobrol dan membahas cerita kita waktu sd, smp hingga sekarang, walaupun aku senang tapi didalam hatiku aku sangatlah sedih, dan tidak kerasa waktu begitu cepat seakan waktu ingin memisahkanku dari Vino. Ternyata besok adalah waktu terakhirku bersama Vino karena dia akan pergi ke Malasyia. Malam itupun aku sangat gelisah sekali akankah aku harus pergi ke bandara mengantar Vino atau dirumah, tetapi aku telah berjanji kepada Vino untuk mengantarkan keberangkatannya.
Hari yang sangat menyebalkan dan menyedihkanpun tiba aku meninggalkan rumah dengan kaki yang begitu berat untuk bisa berjalan, seakan kakiku tak kuat untuk melangkah pergi. Dengan terpaksa aku pergi kebandara dengan mengendarai mobil pribadiku. Setelah tiba di bandara aku mencari dimana Vino ternyata dia sedang duduk, akupun mendekatinya dan duduk disebelahnya.
“hei… gimana sudah siap meninggalkan Jakarta dan temanmu ini?” tanyaku
“ya sebenarnya tidak, tapi aku harus siap!” jawabnya (sambil memakan makanan kecil)
Aku mendengar kalau keberangkatan menuju malaysia akan segera berangkat, Vinopun langsung berdiri dari kursinya, tapi sebelum ia pergi ia memberikan aku sesuatu yang sangat indah sekali,
“saf.. ini gw sengaja membelikan liontin ini untukmu, agar kau tidak akan lupa denganku, dan jika loe buka liontin itu ada foto kita berdua, jadi jika loe kangen sama gw loe tinggal buka liontin itu. Gw juga punya sama seperti loe jadi kalo gw kangen sama loe tinggal buka liontin ini deh?” kata vino sambil memasangkan liontin keleherku.
akupun langsung memeluk vino dan akupun mengeluarkan air mata yang dari tadi kutahan
“Sudah saf, pasti nanti kita akan bertemu lagi dan aku berjanji akan selalu telpon kamu kok, sekarang kan juga sudah ada facebook jadi kita bisa komunikasi sepuasnya kata Vino (sambil mengusap air mataku yang jatuh)
“tapi vin itu rasanya beda,?” kataku (sambil menangis)
“Sudah. Jangan menangis kalau kamu nangis aku tidak tega meningglakanmu saf, udah aku pergi dulu? (sambil berjalan perlahan meninggalkanku sendiri)
Saat dia berjalan menajuh dariku saat itulah aku tak melihatnya untuk selamanya. Mungkin itu adalah pertemuanku dengannya untuk terakhir kalinya. Setelah kepergiannya dan sesampainya dia di Malasyia dia tidak lupa dengan janjinya untuk selalu mengabariku melalui alat komunikasi apapun. Dan hanya itu caraku agar menjaga persa
abatan kita.

Comments

Popular Posts