MAKALAH
“IKLIM DAN BUDAYA
ORGANISASI”
PESIKOLOGI ORGANISASI
Oleh:
YULIAN
SAHRI
Kelas : B
NIM :
20110420184
FAKULTAS
EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
Jl. Lingkar
Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta 55183
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillah
puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, atas segla karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ iklim
dan budaya organisasi “ dapat di selesaikan. Shalawat dan salam di tujukan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk bagi kita semua agar
tetap beraktivitas sebagai seorang hamba yang di ridhoi oleh allah SWT. Cukup
banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan makalah ini.
Meskipun demikian, atas petunjuk dan limpahan rahmat-Nya I hambatan dan
kesulitan tersebut dapat teratasi dengan adanya uluran tangan dan bantuan dari
berbagai pihak.sehingga pada saat makalah ini dapat terwujud meskipun dalam
bentuk sederhana. Untuk itu sudah sepantasnya jika saya menyampaikan
penghormatan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih
yangsebesar-besarnya kepada ibu sri handari yang telah memberikan atau
mentransferkan ilmu-ilmunya kepada kami.
Saat
ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah
satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau
agresivitas baik oleh guru terhadap siswa, maupun antar sesama siswa sendiri.
Kekerasan yang ditemui tersebut tak hanya secara fisik namun juga secara
psikologis. Kekerasan seperti ini (kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang
merasa diri lebih berkuasa atas pihak yang dianggap lebih lemah) disebut dengan
bullying.
Harapan penyusun kepada para
pembaca, kiranya tidak jemu-jemu memberikan koreksi dan kritik untuk
memperbaiki materi ini. Sebab kekurangan sudah barang tentu selalu terdapat
pada insan yang dhaif.
Untuk
itu, penyusun akan menunggu dan menerima dengan segala senang hati, diiringi
ucapan ribuan terima kasih. Semoga Allah SWT jugalah yang akan memberi imbalan
pahala yang tidak terhingga kepada segenap pihak yang suka membantu untuk
mencari kebenaran dalam ajaran agama yang diridhaiNya. Amin.
Yogyakarta,
04 Januari 2013
Penyusun
Yulian sahri
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iklim Organisasi
Iklim atau Climate berasal dari bahasa Yunani yaitu incline,
kata ini tidak hanya memberikan arti yang terbatas pada hal-hal fisik saja
seperti temperatur atau tekanan, tetapi juga memiliki arti psikologis bahwa
orang-orang yang berada di dalam organisasi menggambarkan tentang lingkungan
internal organisasi tersebut.
Istilah iklim
organisasi (organizational climate) pertama kali dipakai oleh Kurt Lewin
pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological
climate). Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Tagiuri dan G.
Litwin. Tiaguri mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan perilaku dalam
hubungan dengan latar atau tempat (setting) dimana perilaku muncul:
lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture),
suasana (atmosphere), situasi (situation), pola lapangan (field
setting), pola perilaku (behaviour setting) dan kondisi (conditions)
Definisi mengenai
iklim organisasi dikemukakan oleh beberapa ahli. Para ahli Barat mengartikan
iklim sebagai unsur fisik, dimana iklim sebagai suatu atribusi dari organisasi
atau sebagai suatu atribusi daripada persepsi individu sendiri. Menurut Lussier
(2005:486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai
kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif
dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku
mereka berikutnya.
Kemudian dikemukakan oleh Simamora
(2004:81) bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi
organisasi. Sedangkan menurut Stinger (2002:122) mendefenisikan iklim sebagai
“...collection and pattern of environmental determinant of aroused
motivation”, iklim organisasi adalah sebagai suatu koleksi dan pola
lingkungan yang menentukan motivasi. Wirawan (2008:122) mendefenisikan iklim
secara luas. Ia menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi anggota
organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap
berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan
internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku
organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja
organisasi.
Dari pendapat diatas maka dapat
dikatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu konsep yang menggambarkan
tentang kualitas lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi perilaku
anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
1. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi adalah:
a. Karakteristik internal
Terdiri dari
kondisi dalam organisasi yang diatur dan telah ditetapkan dalam mencapai tujuan
organisasi. Karakteristik internal dikenal melalui beberapa dimensi:
1. Formalisasi, yaitu tingkat
penggunaan dokumentasi tertulis
2. Spesialisasi, yaitu derajat
pembagian tugas
3. Sentralisasi, yaitu berupa pembagian kekuasaan dan proses
pengambilan keputusan
4. Otoritas, yaitu berupa pembagian
tugas dan pengambilan keputusan
5. Profesionalisme, yaitu
menggambarkan tingkat pendidikan anggota
6. Konfigurasi, yaitu menunjukkan
pembagian anggota ke dalam bagian-bagian.
b.
Karakteristik organisasi secara keseluruhan
Organisasi
sebagai suatu sistem terbuka, dalam upaya pencapaian tujuan memiliki
karakteristik tertentu sebagai totalitas dapat dilakukan melalui penelaahan
terhadap ukuran organisasi, teknologi yang digunakan dan lingkungan yang
dihadapi organisasi, faktor umum organisasi, ukuran organisasi, teknologi dan
lingkungan akan mempengaruhi iklim yang dirasakan anggota, karena secara langsung
ataupun tidak, anggota pun berinteraksi dengan faktor-faktor tersebut.
c.
Karakteristik individu
1.
Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa iklim organisasi tercipta dari hasil
interaksi individu dalam organisasi. iklim merupakan suasana yang dirasakan
orang-orang yang terlibat dalam organsiasi. Dengan demikian karakteristik
individu seperti persepsi, sifat, kemampuan, akan mempengaruhi iklim
organisasi. demikian juga dengan pengalaman masa lalu, harapan serta
nilai-nilai yang dianut setiap individu akan berpengaruh terhadap proses
interkasi. Karakteristik individu yang satu dengan yang lain berbeda, akan
memberi warna pada iklim yang terbentuk.
B. Pengertian
budaya organisasi
a.
Budaya
Budaya adalah salah satu dasar dari
asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah
kelompok baik itu masalah internal maupun eksternal yang sudah cukup baik
dijadikan bahan pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota
baru sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu
hubungan permasalahan tersebut.
b. Organisasi
Menurut dimock Organisasi adalah perpaduan secara
sistematis daripada bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Herbert G Hicks Organisasi adalah proses yang
terstruktur dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai tujuan
Menurut Mc Farland Organisasi adalah suatu kelompok
manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya
suatu tujuan.
Jadi, organisasi itu adalah sekumpulan orang yang
terstruktur secara sistematis yang berfingsi untuk mencapai suatu tujuan.
c.
Budaya
Organisasi
Menurut Para Ahli
Menurut Susanto Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang
menjadi pedoman sember daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan
usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota
organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau berprilaku.
Menurut Robbins Budaya organisasi adalah suatu system makna
bersama yang dianut oelh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut
dengan yang lain.
Menurut Gareth R. Jones Budaya organisasi adalah suatu
persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, suatu system dari
makna bersama.
Jadi budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut
oleh suatu organisasi dan itu menjadi pembeda antara satu organisasi dengan
organisasi yang lain.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan
segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau
akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang
telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap
budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala
karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang
biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota
organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri
hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan
dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir
dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri
bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi
diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi
mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam
budaya organisasi.
1.
Karakteristik budaya organisasi
Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong
untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
- Perhatian
pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
- Orientasi
hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
- Orientasi
orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari
hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
- Orientasi
tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang
pada indvidu-individu.
- Keagresifan.
Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
2.
dominan dan subbudaya
organisasi
Budaya
organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota
organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama.
Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar
belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi
akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.
Sebagian
besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya.
Sebuah budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh
mayoritas anggota organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut
merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya
yang memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi. Subbudaya cenderung berkembang di dalam
organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama
yang dihadapi para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya
dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang unik.
Jika
organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak
subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan
karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak
semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai
alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan
seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan
pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih
memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan
yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai
subbudaya yang bisa memengaruhi perilaku anggotanya.
BAB III
KESIMPULAN
Setiap organisasi mempunyai budaya dan iklim yang
berbeda-beda. Tidak akan ada dua organisasi yang mempunyai budaya dan iklim
yang sama persis. Ini biasanya sangat berpengaruh pada siapa pendirinya. Telah
kita ketahui bahwa Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman
sember daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota
organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau berprilaku.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan
segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau
akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang
telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap
budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala
karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang
biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota
organisasi.
Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya
tersusun atas banyak subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel
independen akan berkurang secara signifikan
karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak
semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai
alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan
seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan
pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih
memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan
yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai
subbudaya yang bisa memengaruhi perilaku anggotanya.
Kita
juga telah mengetahui tentang apa itu Iklim
atau Climate yang berasal dari bahasa Yunani yaitu incline, kata
ini tidak hanya memberikan arti yang terbatas pada hal-hal fisik saja seperti
temperatur atau tekanan, tetapi juga memiliki arti psikologis bahwa orang-orang
yang berada di dalam organisasi menggambarkan tentang lingkungan internal
organisasi tersebut.
Seperti
yang diungkapkan di atas, bahwa iklim organisasi tercipta dari hasil interaksi
individu dalam organisasi. iklim merupakan suasana yang dirasakan orang-orang
yang terlibat dalam organsiasi. Dengan demikian karakteristik individu seperti
persepsi, sifat, kemampuan, akan mempengaruhi iklim organisasi. demikian juga
dengan pengalaman masa lalu, harapan serta nilai-nilai yang dianut setiap
individu akan berpengaruh terhadap proses interkasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Modul
Budaya Organisasi
Comments
Post a Comment